About


Get this widget:

Minggu, 08 April 2018

MENGHARGAI ORANG LAIN: MEMPERBANYAK MINTA DOA DARI MANUSIA


Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)

إستكثر من الناس من دعاء الخير لك، فإن العبد لا يدري على لسان من يستجاب له او يرحم (رواه الخطيب عن أبي هريرة)
Artinya:
“Perbanyaklah meminta doa dari manusia untuk kebaikanmu, sebab seorang hamba tidak akan tahu pada lisan manusia mana doa itu akan terkabul atau diberikan kasih sayank. (HR. Al-Khatib dari Abi Hurairah)[1]
Ulasan:
Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk meminta doa kebaikan sebanyak mungkin dari manusia untuk kita. Sebab kita tidak tahu doa dari orang mana yang akan dikabulkan oleh Allah SWT. Mungkin salah satu dari orang yang kita mintai doa adalah kekasih Allah, orang yang memiliki hati yang tulus, atau mungkin dosanya lebih sedikit dibandingkan kita, sehingga doa mereka diterima. Kita tidak tahu itu.
Meminta doa dari orang lain terkandung pesan moral bahwa kita tidak boleh underestimate orang lain. sebab terkadang ketika ketika kita melihat orang lain yang “tampilannya” tidak sebagus kita, seringkali kita anggap remeh. Di dalam pikiran kita akan terlintas meski dengan sangat cepat perkataan menghina. Padahal kemuliaan seseorang bukan pada tampilan luarnya, tapi ada pada ketaqwaannya.
Kita harus membiasakan diri berperasangka baik kepada orang lain. Dengan berperasangka baik kita akan menjadi orang besar. Sebab – seperti yang selalu dikatakan oleh Gus Shofi, pengasuh PPM. Al-Ashfa, guna mengajari para santrinya - orang besar adalah mereka yang membesarkan orang lain. mereka menempatkan orang lain lebih baik dari kita. Sehingga kita akan termotivasi untuk melakukan kebaikan lebih. Sebaliknya, orang kerdil adalah mereka yang sibuk menganggap orang lain kecil ketimbang dirinya. Orang seperti itu biasanya dalam hatinya dipenuhi kesombongan. Dengan kata lain, meminta orang lain mendoakan kita kepada Allah, berarti kita menghargai mereka.
Imam al-Ghazali pernah berkata ketika kita bertemu dengan orang yang lebih tua maka kita harus berperasangka bahwa dia lebih baik dari kita sebab dia beribadah sudah lama dibandingkan kita yang masih muda. Akan tetapi ketika bertemu dengan anak yang paling muda dari kita, kita juga harus memiliki perasangka bahwa dia lebih muda dariku artinya dosanya tidak sebanyak dosaku. Ketika seseorang bisa melakukan itu maka akan terjalin rasa hormat kepada yang lebih tua. Akhlaknya akan lebih dijaga di hadapan orang yang lebih tua, tidak ‘umpak-umpakan’. Dan kepada yang lebih muda akan lebih sayang. Perasaan itu yang akan membuat kita mendidiknya agar menjadi generasi yang baik, tidak akan membiarkan ‘adiknya’ terjerembab ke dalam kebodohan, dan kemaksiatan.
Satu hal yang harus digaris bawahi dalam memahami hadist ini, jangan terjebak pada pemikiran yang sempit. Karena terlalu sering membaca literatur google yang mengatakan bahwa berdoa kepada manusia adalah kemusyrikan, lantas hadist ini dipahami meminta doa kepada manusia. Memang berdoa kepada manusia adalah musyrik. Karena berdoa itu hanya kepada Allah SWT. Namun, yang dibicarakan hadist tersebut bukan berdoa kepada manusia. Coba cermati lagi redaksinya, di dalam matan tersebut menggunakan huruf Jar “min” yang berarti dari, bukan “kepada”. Maksut hadist di atas adalah kita meminta orang lain untuk berdoa kepada Allah SWT supaya Dia memberikan kebaikan, kelancaran dan keberkahan untuk kita. Bukan kita berdoa kepada manusia!
Terakhir, secara tidak langsung, kita diingatkan untuk saling bantu membantu dalam kebaikan. Mendoakan orang lain, secara tidak langsung, membantunya keluar dari masalah yang dihadapi. Dan biasanya ketika kita meminta doa dari saudara, kita akan mendoakan meraka kembali. (membantu mereka lewat doa).

baca juga
https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/04/mencari-rizki-di-negeri-sendiri.html

[1] Baca kitab Mukhtarul Ahadist Annabawiyah wal Hikam al-Muhammadiyah edisi yang ke 12, cetakan Karya Taha Putra Semarang. Halaman 20

0 komentar:

Posting Komentar