Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)
إمسح
رأس اليتيم (هكذا) إلى مقدم رأسه، ومن له أبٌ (هكذا) إلى مؤخر رأسه (رواه الخطيب
عن أبي عباس)
Artinya:
“Usaplah (belailah) kepala anak yatim (seperti ini) ke
arah depan kepalanya, dan usaplah orang yang hanya memiliki bapak (seperti ini)
ke arah belakang kepalanya.” (HR. Al-Khatib dari Ibnu ‘Abbas)
Ulasan:
Salah satu aspek yang menyita perhatian Nabi Muhammad Saw
adalah menyantuni anak yatim (Kafalat al-yatim), dimana beliau telah
memperaktikkannya disamping memerintahkan agar umatnya memelihara anak yatim
dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan lain, Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda:
“Sebaik-baiknya rumah di kalangan Muslim adalah rumah yang terdapat anak yatim
yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum
muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan
buruk.”
Menuru Rosmaniah Hamid, masalah anak yatim adalah salah
satu bagian masalah sosial yang memerlukan penanganan dan pemecahan yang
serius, karena tanpa adanya usaha mengenai hal tersebut, akan menimbulkan
keresahan dalam masyarakat. [1]
Banyaknya anak yatim yang terlantar akibat keyatiman, selalu menanti kasih
sayang dan uluran tangan-tangan dermawan untuk membantu mereka dan ingin
perhatian yang sama dengan anak-anak lain yang tergolong mampu dan terlahir
dari orang tua yang kaya.
Memberi kasih sayan kepada anak yatim adalah perbuatan
yang sangat mulia. Menurut ibnu Hajar al-‘Asyqalany,dalam kitabnya menukilkan
bahwa ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah yang
berpaling dari agama Allah?” Rasulullah Saw menjawab, “orang yang memukul dan
tidak memelihata anak yatim.”[2]
Dari hadist ini, berarti menyayangi anak yatim adalah perbuatana mulia yang
harus direalisasikan di tengah kehidupan.
Adapun salah satu menyayangi anak yatim, sangat banyak
bentuknya. Misalkan – sebagaimana diterangkan Rasulullah dalam hadist yang kita
bahas saat ini - dengan membelai-belai
kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang dan ikhlas mengharap ridla Allah. Ketika kita bertemu dengan anak yatim, kita
dianjurkan untuk mengusapnya; jika dia yatim karena bapaknya meninggal, cara
mengusapnya adalah ke arah depan kepala; adapun yang yatim sebab ditinggalkan
ibu, maka mengusapnya dari depan ke belakang kepala.
Cara yang diajarkan Rasulullah ini adalah cara yang
paling mudah dan murah. Jadi, tidak ada lagi alibi-alibi tidak punya uang. Jika
kita tidak bisa memberikan kasih sayang dengan bentuk uang, maka kita bisa
mewujudkan perhatian kita dengan memberikan sentuhan-sentuhan kepedulian kepada
mereka.
Ketahuilah, menyantuni dan menyayangi anak yatim memiliki
manfaat yang sangat besar, salah satunya adalah sebagai media menghapus dosa.
Ada satu kisah yang membuktikan menyantuni anak yatim sebagai media penghapus
dosa. Alkisah, hidup seorang laki-laki yang sangat gemar meminum minuman keras.
Bahkan saking gemarnya mabuk-mabukan, harta bendanya dia habiskan untuk
memuaskan nafsu mabuk-mabukannya itu. Meski dia selalu ditegur dan dinasehati
oleh banyak orang untuk menghentikan kebiasaannya itu, namun tidak pernah
dgubrisnya.
Hingga sampai suatu saat ajalnya datang menjemput. Tidak
ada satu pun mau melayat dan mengurus jenazahnya, kecuali istrinya sendiri yang
mengurus semuanya, mulai dari memandikan jenazahnya sampai mengkafani. Kemudian
sang istri berkeliling kota mencari orang yang mau melayat jenazahnya. Akan
tetapi tidak satupun orang yang mau.
Di
tengah keputusasaan, datang lah ulama zahid (ulama yang meninggalkan
keduniawian) datang melayat. Berita kedatangan ulama zahid menggemparkan warga
setempat. Mereka tidak percaya seorang ulama bersedia datang ke rumah seorang
pemabuk.
Sang
ulama zahid menjelaskan kedatangannya kepada para warga. Dia mengaku dalam
mimpinya diperintah untuk datang dan melayat karena dosa-dosa si mayat telah
diampuni oleh Allah SWT.
Tentu
saja hal itu semakin mengejutkan warga tak terkecuali istrinya. Mereka
bertanya-tanya kebaikan apa yang diperbuatnya sehingga dia diampuni dosanya.
Ternyata meski seorang pemabuk laki-laki itu sangat menyayangi anak-anak yatim.
Setiap hari rumahnya selalu dipenuhi oleh anak yatim.
"Rumah
kami tidak pernah sepi dari anak-anak yatim. Setiap hari anak-anak yatim
mendatangi rumah kami. Suami ku menyayangi mereka dengan setulus hati melebihi
kasih sayang yang ia berikan kepada anak-anaknya sendiri," cerita istrinya
sambil menangis.[3]
Menyantuni anak yatim selain dapat menghapuskan dosa,
tapi juga bisa mendekatkan diri kita kepada sang kekasih, yaitu baginda Nabi
Muhammad Saw., sebab kita menyayangi orang yang beliau sayangi. Lebih-lebih
semasa hidup beliau sangat dikenal dekat dengan anak-anak yatim piatu. Saking
dekatnya, sampai Rasulullah mengisyaratkan kedekatan itu seperti jari telunjuk
dan ibu jari.
Oleh karena itu, sayangilah anak yatim semampu kita.
Ketika kita mendapatkan rizki lebih, maka sisihkan sedikit saja untuk mereka.
Dan jika kita memang tidak memiliki apa-apa, maka belaian tangan mengusap
rambut mereka sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka bahagia.
@@@
[1] Rosmaniah Hamid,
“KAFALAH AL-YATIM DARI PERSPEKTIF HADIS NABI”, Jurnal Al-Fikr Vol. 17, nomor 1 (2013): 15.
[2] Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asyqalany, Fath
al-Bary bi Syarh Shahih al-Bukhary, Juz X (Beirut: Dar al-Ma’arif, t.th),
halm. 436
[3] Desi Aditia
Ningrum, “Hapus Dosamu Dengan Cara Menyayangi Anak Yatim,” merdeka.com, diakses
11 April 2018,
https://www.merdeka.com/peristiwa/hapus-dosamu-dengan-cara-menyayangi-anak-yatim.html.
0 komentar:
Posting Komentar