About


Get this widget:

Rabu, 11 April 2018

MENYAYANGI ANAK YATIM


Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)

إمسح رأس اليتيم (هكذا) إلى مقدم رأسه، ومن له أبٌ (هكذا) إلى مؤخر رأسه (رواه الخطيب عن أبي عباس)
Artinya:
“Usaplah (belailah) kepala anak yatim (seperti ini) ke arah depan kepalanya, dan usaplah orang yang hanya memiliki bapak (seperti ini) ke arah belakang kepalanya.” (HR. Al-Khatib dari Ibnu ‘Abbas)

Ulasan:
Salah satu aspek yang menyita perhatian Nabi Muhammad Saw adalah menyantuni anak yatim (Kafalat al-yatim), dimana beliau telah memperaktikkannya disamping memerintahkan agar umatnya memelihara anak yatim dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan lain, Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Sebaik-baiknya rumah di kalangan Muslim adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk.”
Menuru Rosmaniah Hamid, masalah anak yatim adalah salah satu bagian masalah sosial yang memerlukan penanganan dan pemecahan yang serius, karena tanpa adanya usaha mengenai hal tersebut, akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat. [1] Banyaknya anak yatim yang terlantar akibat keyatiman, selalu menanti kasih sayang dan uluran tangan-tangan dermawan untuk membantu mereka dan ingin perhatian yang sama dengan anak-anak lain yang tergolong mampu dan terlahir dari orang tua yang kaya.
Memberi kasih sayan kepada anak yatim adalah perbuatan yang sangat mulia. Menurut ibnu Hajar al-‘Asyqalany,dalam kitabnya menukilkan bahwa ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah yang berpaling dari agama Allah?” Rasulullah Saw menjawab, “orang yang memukul dan tidak memelihata anak yatim.”[2] Dari hadist ini, berarti menyayangi anak yatim adalah perbuatana mulia yang harus direalisasikan di tengah kehidupan.
Adapun salah satu menyayangi anak yatim, sangat banyak bentuknya. Misalkan – sebagaimana diterangkan Rasulullah dalam hadist yang kita bahas saat ini -  dengan membelai-belai kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang dan ikhlas mengharap ridla Allah.  Ketika kita bertemu dengan anak yatim, kita dianjurkan untuk mengusapnya; jika dia yatim karena bapaknya meninggal, cara mengusapnya adalah ke arah depan kepala; adapun yang yatim sebab ditinggalkan ibu, maka mengusapnya dari depan ke belakang kepala.
Cara yang diajarkan Rasulullah ini adalah cara yang paling mudah dan murah. Jadi, tidak ada lagi alibi-alibi tidak punya uang. Jika kita tidak bisa memberikan kasih sayang dengan bentuk uang, maka kita bisa mewujudkan perhatian kita dengan memberikan sentuhan-sentuhan kepedulian kepada mereka.
Ketahuilah, menyantuni dan menyayangi anak yatim memiliki manfaat yang sangat besar, salah satunya adalah sebagai media menghapus dosa. Ada satu kisah yang membuktikan menyantuni anak yatim sebagai media penghapus dosa. Alkisah, hidup seorang laki-laki yang sangat gemar meminum minuman keras. Bahkan saking gemarnya mabuk-mabukan, harta bendanya dia habiskan untuk memuaskan nafsu mabuk-mabukannya itu. Meski dia selalu ditegur dan dinasehati oleh banyak orang untuk menghentikan kebiasaannya itu, namun tidak pernah dgubrisnya.
Hingga sampai suatu saat ajalnya datang menjemput. Tidak ada satu pun mau melayat dan mengurus jenazahnya, kecuali istrinya sendiri yang mengurus semuanya, mulai dari memandikan jenazahnya sampai mengkafani. Kemudian sang istri berkeliling kota mencari orang yang mau melayat jenazahnya. Akan tetapi tidak satupun orang yang mau.
Di tengah keputusasaan, datang lah ulama zahid (ulama yang meninggalkan keduniawian) datang melayat. Berita kedatangan ulama zahid menggemparkan warga setempat. Mereka tidak percaya seorang ulama bersedia datang ke rumah seorang pemabuk.
Sang ulama zahid menjelaskan kedatangannya kepada para warga. Dia mengaku dalam mimpinya diperintah untuk datang dan melayat karena dosa-dosa si mayat telah diampuni oleh Allah SWT.
Tentu saja hal itu semakin mengejutkan warga tak terkecuali istrinya. Mereka bertanya-tanya kebaikan apa yang diperbuatnya sehingga dia diampuni dosanya. Ternyata meski seorang pemabuk laki-laki itu sangat menyayangi anak-anak yatim. Setiap hari rumahnya selalu dipenuhi oleh anak yatim.
"Rumah kami tidak pernah sepi dari anak-anak yatim. Setiap hari anak-anak yatim mendatangi rumah kami. Suami ku menyayangi mereka dengan setulus hati melebihi kasih sayang yang ia berikan kepada anak-anaknya sendiri," cerita istrinya sambil menangis.[3]
Menyantuni anak yatim selain dapat menghapuskan dosa, tapi juga bisa mendekatkan diri kita kepada sang kekasih, yaitu baginda Nabi Muhammad Saw., sebab kita menyayangi orang yang beliau sayangi. Lebih-lebih semasa hidup beliau sangat dikenal dekat dengan anak-anak yatim piatu. Saking dekatnya, sampai Rasulullah mengisyaratkan kedekatan itu seperti jari telunjuk dan ibu jari.
Oleh karena itu, sayangilah anak yatim semampu kita. Ketika kita mendapatkan rizki lebih, maka sisihkan sedikit saja untuk mereka. Dan jika kita memang tidak memiliki apa-apa, maka belaian tangan mengusap rambut mereka sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka bahagia.
@@@



[1] Rosmaniah Hamid, “KAFALAH AL-YATIM DARI PERSPEKTIF HADIS NABI”, Jurnal Al-Fikr Vol. 17, nomor 1 (2013): 15.
[2] Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asyqalany, Fath al-Bary bi Syarh Shahih al-Bukhary, Juz X (Beirut: Dar al-Ma’arif, t.th), halm. 436
[3] Desi Aditia Ningrum, “Hapus Dosamu Dengan Cara Menyayangi Anak Yatim,” merdeka.com, diakses 11 April 2018, https://www.merdeka.com/peristiwa/hapus-dosamu-dengan-cara-menyayangi-anak-yatim.html.

0 komentar:

Posting Komentar