Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
أطلبوا
الحوائج بعزة الأنفس، فإن الامور تجرى بالمقادير. (رواه إبن عساكرعن عبدالله بن
بسر)
Artinya:
“Carilah kebutuhan (pekerjaan) sesuai dengan kemuliaan
(kualitas) diri. Sebab segala sesuatu berjalan sesuai dengan kadar (yang sudah
ditentukan). (HR. Ibnu ‘Asakir dari ‘Abdillah bin Basr)
Ulasan:
Penulis ingin menganalisa maksut hadist di atas sesuai
dengan realita kehidupan di Indonesia terutama terkait antara pekerja dan
pembisnis. Hadist di atas memerintahkan kepada kita untuk mencari rizki sesuai
dengan kadar kualitas diri kita. Fi’il amar dalam redaksi hadist tersebut
menunjukkan penekanan tentang masalah ini. Artinya, mencari rizki dianjurkan
untuk melihat kualitas diri. Jika dirinya adalah seorang mahasiswa di bidang
pendidikan, maka dia hendaknya mencari pekerjaan sebagai tenaga pendidik, atau
menjai mentrti pendidikan. Itu adalah kemuliaan dirinya sekaligus
tanggungjawabnya terhadap keilmuan yang selama 4 tahun lebih dia tekuni.
Akan tetapi, masih banyak anak muda yang telah lulus dari
suatu universitas, lantas dia bingung tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Mau berbisnis juga pusing mikirin apa yang harus dibisniskan. Banyak sekali
alasan yang mereka jadikan untuk menghindari kenyataan penganggurannya, mulai
dari bingung tidak tahu apa yang harus diusahakan, sampai tidak punya modal.
Padahal sebenarnya kalau mereka mau langsung aksen,
mereka tidak akan kesusahan mencari ide dan modal bisnis. Sayangnya, sifat
nekad ini tidak ada di dalam dada para penduduka Indonesia, terutama mahasiswa.
Kita harus belajar dari sejarahnya nabi Adam ketika
sedang mencari Hawa. Kemudian menerapkan spirit ke-Adam-an ke dalam pikiran dan
tindakannya. Selama 300 tahun nabi Adam berpisah dari Hawa. Belum lagi medan
baru yang harus dihadapi Adam. Tetapi, tanpa putus harapan dan terus mencari,
akhirnya Allah memerintahkan Adam melakukan haji. Singkat cerita, selepas
menunaikan perintah Allah, Adam bertemu Hawa di Jabal Rahmah.
Kalau menghayati cerita Adam dan Hawa, akan ada banyak
sekali inspirasi yang kita pelajari. Hawa adalah manifestasi dari cita-cita
Adam. Untuk menggapai cita-cita itu, dia harus berjuang dalam waktu selama itu.
dia tetap nekad untuk menggapainya. Susah payah tidak dia perdulikan. Adam
hanya melakukan apa yang semestinya dilakukan. Fokus pada aktifitas yang
membawanya kepada tujuannya. Dan, karena hasil tidak pernah mengkhianati kadar
usaha, Adam mendapatkan cita-citanya, harapannya itu, Hawa.
Sepertinya karakter nekad yang kurang dalam jiwa generasi
muda. Dari survei kecil-kecilan yang saya lakukan, mereka terlalu banyak
mikirnya dari pada eksekusi. Mereka terlalu lama menganalisa dan mengantisipasi
hal-hal yang belum tentu seangker yang dibayangkan. Maka tidak heran, jika
mereka menjalani hidup tanpa arah tujuan yang jelas. Pada akhirnya mereka
menjadi pengangguran. Kalau tidak pengangguran, mereka akan berbondong menjadi
karyawan.
Sekarang kita lihat, bagaimana keadaan pengusaha di
negara maju, apakah lebih sedikit dari negara kita? Atau lebih banyak? Menurut
Prof. Samsul Rizal, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda
Aceh. menjelaskan negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang bahkan
memiliki jumlah pengusaha lebih dari 10 persen dari jumlah populasi. Sedangkan
Indonesia hanya sebesar 1,65 persen dari jumlah penduduk. Presentase tersebut
sangat jauh tertinggal di bandingkan dengan Singapura (7 persen), Malaysia (5
persen) dan Thailand (3 persen).[1]
Oleh karena itu, mari kita menjadi pribadi yang mencari
rizki Allah sesuai dengan kadar kualitas diri kita. Menjadi pengusaha sukses
yang akan mengangkat kembali negara ini menjadi macan asia. Sehingga bangsa ini
tidak dihina lagi. Aib-aib negara tidak harus terpampang di media-media sosial.
Negara ini bukan untuk dihina! Negara ini diperjuangkan untuk dihormati dunia.
[1] “Rektor: Pengusaha di Indonesia
1,65 Persen, Singapura 7 Persen Penduduk,” Republika Online, 27 Agustus 2015,
http://republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/15/08/27/ntpdoq334-rektor-pengusaha-di-indonesia-165-persen-singapura-7-persen-penduduk.
0 komentar:
Posting Komentar