About


Get this widget:

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 31 Maret 2018

Manusia Hanya Bisa Miliki 5 Teman Dekat dalam Satu Waktu


Kita dapat bermain ketika bersama dengan teman terbaik, namun kemampuan kita terhadap simultan persahabatan ternyata terbatas hanya pada sekitar lima orang

Persahabatan dapat mempercepat pemulihan orang yang depresi dua kali lebih cepat. 

Sahabat Patelotku - Menurut penelitian terbaru, kita dapat benar-benar bermain ketika bersama dengan teman terbaik. Kemampuan kita terhadap simultan persahabatan ternyata terbatas hanya pada sekitar lima orang. (Baca : Dibanding Obat, Pertemanan yang Luas Lebih Baik dalam Melawan Rasa Sakit)

Sebuah analisis baru-baru dari catatan ponsel dapat menguatkan teori antropologi lama bahwa otak kita dapat membatasi jumlah orang yang dapat memainkan peran berarti dalam hidup kita, seperti yang dilaporkan oleh Review Teknologi Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Pada tahun 90-an, antropolog Inggris dan peneliti Robin Dunbar mengamati suatu korelasi antara ukuran otak dan hubungan sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar otak hewan, semakin besar kelompok sosial yang dimiliki. Dunbar mengembangkan formula untuk mencari tahu angka perkiraan berdasarkan ukuran otak.

Dia kemudian menerapkan temuannya pada ukuran otak manusia, dan menentukan bahwa kita hanya memiliki jumlah terbatas orang dalam lingkup sosial (150 tepatnya). Hal ini dikarenakan ukuran otak.
Dunbar lanjut mempelajari konsep ini dengan melihat ke kedalaman emosional hubungan mereka. Masing-masing dari 150 orang dalam jaringan sosial memiliki lapisan berdasarkan tingkat kedekatan yang kita rasa terhadap orang itu.

Lapisan emosional terdekat, orang yang kita anggap paling berharga dan terhubung. Berisi sekitar lima orang, menurut Dunbar. (Baca pula : Kekuatan Persahabatan Dapat Menjaga Kesehatan Kita Hingga Tua). Lapisan kedua dari kedekatan termasuk tambahan 10 orang. Lapisan ketiga termasuk sekitar 35 orang di atas 15 orang sebelumnya. Sedangkan lapisan akhir termasuk 100 orang dengan total 150.

Para ilmuwan baru-baru ini menerapkan teori ini untuk subyek dan menemukan perkiraan Dunbar mungkin tidak terlalu jauh. Satu tim peneliti di Inggris, bersama dengan Dunbar, menganalisis data ponsel dari tahun 2007 (waktu sebelum meluasnya penggunaan media sosial) dari 6 miliar panggilan yang dibuat oleh 35 juta orang di Eropa, tim melihat individu yang membuat membalas panggilan telepon untuk sekitar 100 orang dan menhgunakan frekuensi panggilan telepon sebagai ukuran kedekatan.

Tim menemukan bahwa pola dalam panggilan telepon  sangat mirip dengan nomor yang disarankan di lapisan asli Dunbar. Rata-rata lapisan kumulatif dalam studi baru diadakan adalah 4.1, 11.0, 29.8, dan 128,9 orang.

"Jumlah ini sedikit lebih kecil daripada lapisan Dunbar yang konvensional, tapi dalam jangkauan alami mereka bervariasi," tulis para peneliti dalam kesimpulannya.

"Kebanyakan orang memiliki jumlah teman-teman dekat yang sangat kecil, tetapi jumlah ini bervariasi dari orang ke orang," katanya Mac Carron. Mac Carron menjelaskan kisaran pertemanan ini bisa berfluktuasi antara satu dan 15 orang, namun rata-rata adalah sekitar empat sampai lima orang.


baca juga:

https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/
https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/03/perusak-ilmu.html
https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/03/doa-dari-rasulullah-dari-sebuah-doa.html

Jumat, 30 Maret 2018

PERUSAK ILMU


Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri Pon-Pes Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta)


*) gambare wong lalinan

آفة العلم النسيان، وإضاعته أن تحدّث به غير أهله (رواه ابن أبي شيبة)
Artinya:
“sesuatu yang merusak ilmu adalah lupa dan membicarakannya bukan dengan orang yang ahli dalam bidangnya.” (HR. Ibnu Aby Syaibah)

Keterangan:
  1. Paradigma Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan yang lebih kritis, alangkah baiknya kita mempelajari terlebih dahulu terkait paradigma hubungan agama dan ilmu pengetahuan. Sekirannya nanti akan diketahui, sejauh mana agama menempatkan ilmu padanya? Dan kita – umat Islam – pada posisi yang mana? Menurut Hasal Farghal yang dikutip oleh Zainal Ilmi, Dosen tetap di STAIN Samarinda, bahwa secara garis besar, dari tinjauan ideologis ada 3 (tiga) jenis paradigama :[1]
Pertama, paradigma sekuler, yaitu paradigama yang memandang agama dan IPTEK adalah terpisah satu sama lain. Sebab dalam ideologi sekulerisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan. Agama tidak dinafikan eksistensinya, hanya saja peranannya dibatasi dalam hubungan individu dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri atau mengintervensi yang lainnya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan tentang pengertian dan hakikat suatu hal), epistimologi (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan bagaimana menerapkan pengetahuan)
Kedua, paradigma Sosialis, yaitu paradigma daari ideologi Sosialisme yang menafikan eksistensi agama secara total dari iptek. Agama tidak ada hubungan dan kaitan apapun dengannya. Iptek bisa berjalan secara independen dan terlepas sama sekali dari agama. Jika kita lihat, paradigma ini mirip dengan paradigma Sekuler di atas, tapi lebih ekstrim. Dalam paradigma Sekuler, agama berfungsi secara sekuleristik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi peranannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedangkan paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, artinya agama dianggap tidak ada dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Lebih lanjut, Zainal Ilmi menjelaskan bahwa berdasarkan paradigma sosialis, maka seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam pandangan ini pada ide dasar Materialisme, khususnya Materialisme Dialektis.[2] Paham  Materialisme  Dialektis[3] adalah  paham  yang  memandang  adanya  keseluruhan  proses  perubahan  yang  terjadi  terus  menerus  melalui  proses  dialektika,  yaitu  melalui  pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yangsudah mengandung benih perkembanganitu sendiri.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Paradigma ini memerintahkan kepada manusia untuk membangun segala pemikiran berdasarkan aqidah Islam. Bukan lepas dari aqidah itu. Hal ini bisa dipahami dari ayat yang pertama kali turun: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS. Al-‘Alaq: 1). Ayat ini berarti manusia diperintahkan untuk senantiasa membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari bingkai “dengan menyebut nama Tuhan-mu” – dari aqidah Islam.[4]
Uraian ketiga paradigma di atas, kita telah mengetahui dimana dan bagaimana posisi kita. Islam tidak memisahkan antara agama dan ilmu. Sebab kedua hal tersebut adalah satu kesatuan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Islam tidak menspesifikkan manusia harus mempelajari apa. Semua harus dipelajari di dalam Islam. Makanya, ayat perintah membaca pada surah Al-‘Alaq tidak menyebutkan objek yang harus dibaca. Karena kucinya bukan pada apa yang dipelajari tapi bagaimana mengarahkan yang kita pelajari untuk memperkuat keimanan kita.
  1. Ilmu Pengetahuan Bagi Islam
Kenapa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan? Sebab, ilmu pengetahuan adalah modal manusia menjalani kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak. Mengingat posisi yang diberikan Allah kepadanya sebagai Khalifah di bumi, sudah barang tentu dia harus mengerti tentang kehidupan di bumi. Nabi Adam as diajari oleh Allah tentang nama-nama segala sesuatu itu bukan hanya untuk membanggakan diri di depan para malaikat, akan tetapi juga untuk modalnya kelak ketika diturunkan ke dunia.
Lho, Allah mengajari Adam tentang nama-nama itu jauh sebelum dia diturunkan ke dunia, lantas bagaimana bisa nama-nama yang diajarkan kepadanya benar-benar diniatkan Allah sebagai modal nabi Adam hidup di dunia? Sebenarnya, nabi Adam akan tetap diturunkan ke dunia, meski setan tidak menggodanya memakan buah terlarang sekalipun. Sebab tujuan diciptakannya Adam adalah sebagai “Pengramut” bumi.
Pernyataan itu bukan tanpa dasar. Kita dapat melihat pernyataan Allah kepada para malaikat ketika hendak menciptakan manusia. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.[5] Artinya, tujuan diciptakannya manusia (yang diwakili oleh Adam) adalah untuk menjaga bumi, menjadi khalifah disana. Bahkan, andai kata setan tidak menggoda nabi Adam sekalipun, Adam tetap akan diturunkan ke dunia. Itu sudah takdir Allah!
Rasulullah Saw sendiri sudah menegaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan:
من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الأخرة فعليه بالعلم.
Artinya:
Barang siapa menghendaki dunia, maka baginya (wajib memiliki) ilmu pengetahuan. Dan barang siapa menghendaki akhirat, maka baginya (wajib memiliki) ilmu pengetahuan.”
Jadi, ilmu pengetahuan adalah modal utama manusia hidup. Ilmu tidak bisa dilepaskan dari diri manusia. Meski nanti kualitas dan kuantitas keilmuan berbeda antara manusia satu dengan yang lain.
  1. Menjaga Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah penting bagi manusia. Maka sudah seharusnya kita merawatnya jangan sampai rusak dan hilang. Rasulullah Saw memberitahu kita apa saja yang dapat merusak ilmu pengetahuan supaya kita tidak melakukan hal tersebut. Ada dua faktor yang dapat merusak ilmu, yaitu lupa dan berdiskusi atau berbicara dengan orang yang tidak memiliki kapasitas keilmuan tertentu. Pada paragraf selanjutnya hanya akan dibahas masalah lupa, sebab lupa ini adalah sifat alamiah manusia. Sehingga memerlukan solusi yang tepat.
Terkait tentang lupa, Islam sudah menawarkan satu metode belajar yang sangat manjur. Sayangnya, kita melupakan tawaran itu. kita malah ribut mengkiblat ke teori-teori yang ribet. Apa metode belajar itu? praktik. Mengamalkan langsung ilmu yang dipelajari. Metode Praktik merupakan metode yang paling efektif dan efisien serta lebih kuat ilmu yang dipelajari tersimpan di dalam memori. Sebab seluruh komponan dalam diri manusia mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, mulai dari kognitif, afektif dan psikomotoriknya, ikut terlibat dalam mempelajari ilmu pengetahuan itu. Makanya, di dalam al-Quran kata iman selalu disandingkan dengan kata amal. Iman sebagai bentuk teori, konsep dan prinsip suatu pengetahuan, tidak akan berarti apa-apa tanpa diamalkan, tanpa diwujudkan dalam tindakan. Wallahu a'lamu bisshowab!

baca juga:




[1] Zainal Ilmi, Islam Sebagai Landasan IPTEK, Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan. Vol: XV, No. 1, Juni 2012, Hal. 97.
[2] Ibid. Hal. 99
[3] Materialisme Dialektika, merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal ihwal alam semesta secara umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada watak materialistik dialektika. Jika teori ini  diterapkan pada masyarakat, maka dalam pemikiran Marx disebut dengan materialisme historis. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa yang menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam sejarah adalah kelas-kelas  sosial. Kelas-kelas itu bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan upaya manusia untuk memperbaiki  kehidupan dengan mengadakan pembagian kerja. Prinsip dasar teori ini “bukan kesadaran manusia untuk  menentukan keadaan sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadarn manusia.” Lebih  lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk memahami sejarah dan arah perubahan, tidak perlu memerhatikan apa  yang dipikirkan oleh manusia, tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan melihat cara manusia itu bekerja dan berproduksi, dapat menentukan cara manusia itu berpikir. (Baca: FIKRAH: Irzum Farihah, FILSAFAT MATERIALISME KARL MARX (Epistimologi Dialectical and Historical Materialism), Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 3, No. 2, Desember 2015)
[4] Zainal Ilmi, Islam Sebagai Landasan IPTEK... hal. 99
[5] QS. Al-Baqarah : 30

Kamis, 29 Maret 2018

DOA DARI RASULULLAH: DARI SEBUAH DOA MENUJU MANUSIA SEUTUHNYA

Oleh : Muhamad Nur Hamid Hidayatullah

اللهم أغنني بالعلم وزيني بالحلم، وأكرمني بالتقوى، وجملني بالعافية (رواه إبن النجار عن إبن عمر)
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah kekayaan ilmu kepadaku, hiasi diriku dengan kesabaran, muliakan aku dengan ketaqwaan, perindah diriku dengan kesahatan. (HR. Ibnu An-Najar dari Ibnu Umar) - buka kitab Mukhtarul Ahadist An-Nabawiyah (edisi ke-12), cetakan Karya Taha Putra, hadist yang ke 250, halaman 30.



Keterangan:
Hadist di atas mengajarkan kita terkait pentingnya ilmu, kesabaran, ketaqwaan, dan kesehatan. Sebab dengan keempat hal tersebut kita akan mendapatkan kekayaan, kemuliaan dan indah di mata manusia. Akan tetapi, kita tidak bisa serta merta mendapatkan itu hanya mengandalkan diri kita. Kita harus melibatkan kekuatan Allah SWT. Tidak ada daya dan upaya apapun kecuali karena ada campur tangan Allah. Kita harus berdoa kepada-Nya dalam keadaan dan tentang apapun.

Ilmu sangat penting bagi kehidupan manusia, kehidupan dunia maupun akhirat. Penguasaan ilmu merupakan suatu kewajiban bagi muslim. Mengingat, seluruh aspek kehidupannya telah diatur oleh Islam. Ilmu adalah sekat pembeda antara orang yang berilmu dan tidak. Orang beilmu akan berjalan mantap tanpa keraguan. Berbeda dengan orang tidak berilmu. Dia akan menjalankan sesuatu dengan kebimbangan, was-was, bahkan tidak tahu sama sekali sehingga dia bisa terjerumus pada lembah kekeliruan. Bila orang tak berilmu merasa yakin sekalipun, itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak berlandaskan ilmu.

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Terbukti dengan peristiwa turunnya ayat pertama kepada Rasulullah Saw berbunyi “Iqra’”, bacalah. Padahal Rasulullah tidak bisa membaca dan menulis, Allah tetap memerintahkannya untuk membaca. Itu adalah isarat memerangi kebodohan dengan belajar dan belajar – belajar dari buku maupun dari kehidupan sekeliling.

Ketika seorang muslim berilmu maka dia akan lebih sabar dalam menghadapi apapun. Karena dia tahu bahwa yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak Allah SWT. Ketika dirinya tertimpa suatu masalah, misalkan saja terbelit hutang, dia akan sanggup membayarnya. Sebab dia yakin dia punya Allah yang MahaKaya. Sehingga dia terus berusaha kerja keras untuk menutupi hutangnya. Sehingga dia tidak gampang menyalahkan orang ataupun keadaan.

Menurut Adiba, sabar adalah perihal menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, menahan lisan untuk tidak mengeluh, serta menahan badan berbuat kemungkaran.[1] Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa sabar itu bukan sikap apatis, tidak perduli dengan keadaannya, menyerah begitu saja, tidak mau berusaha keras mencari jalan keluar sekaligus memperbaiki dirinya. Karena – sebagaimana diterangkan oleh Shofiyullah Muzamil, Pengasuh PPM. Al-Ashfa, sesuatu yang tidak kita harapkan adalah dampak dari perilaku diri kita sendiri. Niscaya kita tidak boleh lupa untuk membenahi diri disamping ikhtiyar mencari solusi. Kesabaran seseorang akan melahirkan ketaqwaan dalam hatinya. Seorang yang tidak bisa sabar maka keimanan dan ketaqwaannya dipertanyakan. Bagaimana mungkin orang yang percaya kepada Allah malah tidak mau menerima ketentuan dari-Nya? Bagaimana mungkin orang yang iman kepada Allah, tidak mau mensyukuri segala pemberian Allah?

Kesabaran dan ketaqwaan merupakan salah bentuk emosi positif. Sebagaimana di jelaskan pada paragraf sebelumnya, orang sabar tidak akan mudah menyalahkan keadaan dan dirinya. Artinya dia akan lebih mudah untuk memaafkan. Dia juga akan selalu mensyukuri apapun pemberian Allah. Sementara itu, memaafkan dan bersyukur memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan mental seseorang. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental[2] mengatakan:
“Syukur adalah kondisi dimana seseorang merasakan perasaan senang atau puas terhadap apa yang diterimanya, sehingga memunculkan kondisi psikologi positif yang dapat menguatkan dan meningkatkan kesehatan mental. Seorang individu dikatakan mempunyai kesehatan mental yang baik jika ia mempunyai tingkat kesejahteraan psikologi yang tinggi dan dan tingkat stess yang rendah...”

Dengan kata lain, syukur dapat menyebabkan seseorang tenang, bahagia sehingga terhindar dari stress, bingung dan kehilangan arah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan salah satu penelitian menguji pengaruh pemaafan dan bersyukur terhadap tinggi rendahnya kesehatan mental, telah dilakukan oleh Toussaint dan Friedman (2009) yang menemukan korelasi positif antara pemaafan dan kesejahteraan psikologi dan berkorelasi negatif dengan tekanan emosional. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa kemampuan bersyukur berhubungan positif dengan kesejahteraan psikologi dan berkorelasi negatif dengan tekanan emosional.[3] Dan tentu, kesejahteraan psikologi itu akan menjalar ke kesejahteraan fisik sebagai wadahnya.

Akhirnya kita tahu kenapa Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT diberikan ilmu, kesabaran, ketaqwaan dan kesehaatan. Tidak lain tidak bukan supaya umat islam memiliki kebahagiaan di dunia dan di akhiratnya. Keempat hal itu adalah modal menjadi manusia yang ideal. Manusia sebenarnya manusia.



[1] Adiba A. Soebachman, 6 Spirit Maha Dasyat, (Yogyakarta: Syura Media Utama, 2014), halm. 65.
[2] INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 2017, Vol. 2(1), 33-43, doi: 10.20473/jpkm.v2i12017.33-43 Dikirimkan: 28 Desember 2017 Diterima: 31 Mei 2017 Diterbitkan: 26 Juni 2017
[3] Ibid. Halm. 35.

10 Cara Menulis Cerpen Yang Benar dan Menarik


cara menulis cerpen

Sahabat Patelotku - Apakah Anda seorang yang ingin memasuki dunia cerpen? Dunia yang penuh dengan cerita menarik. Bukan hanya penikmat cerpen, tapi penulis cerpen tersebut. Wah … mantap banget deh kalau begitu itu. Dan ada beberapa cara menulis cerpen yang benar dan menarik.
Ini bukanlah teknik menulis cerpen yang mampu membuat hasil karya menakjubkan. Untuk menghasilkan karya menakjubkan, teruslah menulis tanpa menyerah. Jadi, tulisan ini hanyalah cara menulis cerpen yang sederhana saja, tidak lebih, hehe.
Oh ya, cara membuat cerpen untuk pemula juga bisa diterapkan dalam tulisan ini. Karena memang fokus dari tulisan ini adalah untuk pemula, seperti saya, hehe Oh ya, cerpen itu sangat menarik loh untuk ditulis. Banyak sekali inspirasi yang didapat.

Cara Menulis Cerpen

Ok, berikut cara menulis cerpen yang benar dan menarik.

1. Tentukan tema cerpen

Apakah Anda mencari cara membuat cerpen singkat, cara menulis cerpen pengalaman pribadi, contoh cerpen yang baik dan benar, cara membuat cerpen remaja, membuat cerpen tentang persahabatan, dan lain-lain, maka yang pertama ditentukan dulu tema cerpen yang akan ditulis.
Dengan telah ditentukan tema cerpen yang hendak ditulis, maka akan semakin mudah dalam menulis cerpen. Tema itu seperti ruhnya dalam sebuah tulisan. Agar tulisan semakin terarah dan tidak bertele-tele.
Oh ya, terkadang tema itu tidak sesuai dengan judul cerpen. Jadi, jangan dianggap tema itu sama dengan judul. Kita banyak terjebak dalam stigma yang seperti ini. Tema cerita bisa mengenai percintaan, namun bisa dibuat judul cerpen mengarah ke persahabatan.
Mau pilih mana? Tema mengenai percintaan, persahabatan, pengkhianatan, patah hati, kehidupan sehari-hari? Itu tergantung Anda.

2. Tentukan tokoh dan karakter dalam cerita

menulis dan tips menulis
Ini perlu, agar ketika saat menulis cerita, tidak terkena writer’s block. Bisa jadi hal tersebut karena tidak tahu mengenai tokoh dan karakter dalam cerita. Karena tentunya, tokoh dan karakter ini sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa keduanya, cerita itu akan terasa hampa.
Oh ya, tentukan nama tokoh yang keren gitu loh, yang mudah diingat, kalau bisa berkesan. Kalau malas memikirkan nama, banyak kok tersedia informasi mengenai nama-nama keren di internet.
Selain itu, pikirkan pula watak antar tokoh tersebut. Hal yang harus dikhawatirkan adalah jangan sampai membuat watak antar tokoh itu terlihat sama, karena hal tersebut merupakan kesalahan fatal. Kalau watak antar tokoh terlihat sama, justru cerita tersebut terlihat membosankan.
Maka dari itu, jangan lupa memikirkan tokoh dan karakter dalam cerita. Karena mereka adalah bumbu penting dalam cerpen Anda.

3. Tentukan alur dalam cerita

Cara menulis cerpen selanjutnya adalah menentukan alur dalam cerita. Secara garis besar, alur cerita terbagi tiga yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur. Nah, sekarang pilihlah salah satu alur dan kembangkan berdasarkan imajinasi Anda.
Alur manakah yang terbaik? Tentu saja tidak ada jawaban yang tepat. Tidak ada alur yang terbaik. Ini tergantung bagaimana imajinasi Anda mengembangkannya. Karena setiap alur tersebut mempunyai kelebihan maupun kekurangan.

4. Memilih sudut pandang cerita

Memilih sudut pandang dalam cerita itu penting banget dalam cara menulis cerpen. Setidaknya, ada 4 jenis sudut pandang dalam cerita. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selanjutnya, bagaimana Anda mengembangkan cerita dengan sudut pandang yang menarik.
Tentunya dalam memilih sudut pandang ini tergantung dengan imajinasi Anda dalam mengembangkan cerita. Karena pengembangan sudut pandang juga sangat menentukan dalam cerita.
Penggabungan tema, tokoh, watak, karakter, ditambah dengan sudut pandang yang menarik, membuat cerpen semakin menarik untuk dibaca. Bagaimana memilih sudut pandang yang menarik? Sebenarnya tidak ada aturan baku. Hal tersebut sesuai dengan imajinasi Anda.

5. Tentukan latar cerita

Apakah latar ceritanya berada di sekolah, perpustakaan, tempat umum, taman bunga, gedung lama, rumah, dan lain-lain. Sebaiknya tentukan latar cerita tersebut. Dan juga, berikan deskripsi singkat mengenai latar cerita agar cerita tersebut tampak hidup.
Misal, latarnya adalah rumah tua. Maka buatlah deskripsi singkatnya. Seperti ini, “Rumah tua dengan warna yang tampak usang. Selain itu, atap dari rumah tersebut tidak lagi putih namun berbentuk merah. Beberapa jendela rumah tersebut pecah. Lantainya penuh dengan debu, terlihat jelas kalau rumah ini tidak pernah dirawat.”
Setelah memberi penjelasan mengenai latarnya sedikit, maka mulailah dengan adegan. Hal tersebut mampu menaikkan semangat pembaca untuk terus membaca cerita Anda. Oh ya, usahakan dalam memilih latar cerita adalah latar yang umum, artinya hampir sebagian besar pembaca tahu latar tersebut. Hal tersebut bertujuan agar si pembaca langsung mengerti. Kecuali Anda ahli dalam mendeskripsikan latar cerita.

6. Buatlah paragraf pertama yang menarik

Memang tidak dipungkiri lagi, paragraf pertama tuh menentukan banget dalam cerita, baik itu cerita novel maupun cerpen. Karena paragraf pertama yang menarik, akan membuat si pembaca akan terus membaca cerita sampai akhir.
Ada beberapa cara sih membuat paragraf pertama yang menarik. Namun, cara membuat pembukaan cerpen yang menarik biasanya menggunakan deskripsi kejadian yang mampu membuat si pembaca bertanya-tanya. Sehingga pembaca terus membaca karena telah penasaran.
Oh ya, ada juga membuat paragraf pertama dengan memulai aksi/konflik. Misal, dari awal cerita sudah diceritakan kalau si cewek melihat pacarnya yang sudah dipacari nya tiga tahun lebih, selingkuh di depan matanya. Ternyata, cowoknya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Begitu sakit hati si cewek melihat kebenaran tersebut.

7. Buatlah ending yang menyentuh

Agar tulisan Anda terus diingat pembaca, salah satu caranya adalah dengan membuat ending yang menyentuh. Kalau bisa, mampu membuat si pembaca berkaca-kaca atau bahkan menangis.
Setidaknya, ada tiga kategori ending dalam cerita. Ada happy ending, sad ending, dan cliffhanger. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Andalah mengembangkan ending tersebut sesuai imajinasi Ada.
Banyak sih orang yang memilih happy ending. Tapi, sad ending tuh sepertinya bagus deh. Apalagi mampu membuat si pembaca menangis sedih. Cliffhanger juga mantap banget deh, membuat si pembaca selalu menunggu kelanjutan dari cerita yang Anda buat.

8. Buatlah pesan dari cerita

Jangan membuat cerita tanpa ada pesan di dalamnya. Cara menulis cerpen yang baik dan menarik adalah dengan membuat pesan dalam cerita tersebut. Baik itu pesan tersirat maupun tersurat. Kebanyakan dari cerita fiksi sih pesan tersirat.
Karena pesan merupakan batang dari cerita. Jika pesan yang disampaikan bagus, dan si pembaca menangkap pesan Anda, akan meningkatkan kualitas dari cerita Anda. Dan juga, pesan tersebut mampu meningkatkan kesan pembaca mengenai cerita Anda.

9. Lakukan editing

cara mengajari anak menulis
Kebanyakan dari kita sering sekali mengalami, menulis beberapa cerita semangatnya minta ampun. Langsung digarap semuanya. Namun, ketika melakukan editing begitu malas. Bahkan tidak menyentuh tahap editing.
Hal tersebut tidak baik. Karena editing itu sangat baik. Bisa saja ada typo, atau beberapa kalimat perlu diperbaiki agar lebih baik. Oh ya, EYD dalam cerita juga harus diperhatikan. Kesalahan letak tanda koma saja sudah mampu menunjukkan kesalahan dalam cerita.
Ada kali beberapa kalimat yang harus dipotong. Atau ada kali EYD yang berantakan. Atau ada kali typo sana sini. Inilah gunanya editing. Namun, untuk melakukan editing, pertama diamkan saja dulu naskah Anda. Jangan memikirkan naskah Anda sedikitpun. Biarkan demikian sampai beberapa hari, biasanya 3 hari sih. Lalu baca kembali naskah Anda.

10. Teruslah menulis

Yang pastinya, sangat jarang orang berhasil pada satu kali percobaan. Kebanyakan dari manusia itu harus melakukan percobaan beberapa kali baru dia berhasil. Maka itu berlaku juga mengenai dunia tulis menulis. Walaupun kelihatan sepele, namun dampaknya sangat besar.
Yang pastinya, tulisan pertama itu banyak sekali kritikan pedas yang diterima. Namun, kritikan pedas itu sebenarnya mampu membangun tulisan tersebut menjadi lebih baik. Dan banyak juga sih yang mengalami penolakan pada tulisan pertama.
Jangan menyerah menulis. Karena ini adalah cara menulis cerpen yang paling ampuh. Terus mencoba sampai Anda menjadi ahli. Kalau bisa, lakukanlah rutin menulis. Baik itu setiap hari, seminggu sekali, dua hari sekali, dll. Yang penting, usahakan rutin menulis. Karena itu memberikan dampak positif bagi Anda.

Penutup

Cara menulis cerpen yang benar dan menarik memang membutuhkan usaha. Namun, hal yang harus diperhatikan adalah “teruslah menulis”. Jangan menyerah pada tulisan pertama, karena sangat jarang orang yang berhasil pada percobaan pertama.

Baca juga:

Selasa, 27 Maret 2018

MUJAHID BLOG

Oleh : Muhamad Nur Hamid Hidayatullah


Kedua mataku “mendelek” di kerumunan sepi di dalam kamar kos. Entah apa yang harus aku lakukan lagi, aku sudah capek. Aku ingin menyerah. Usahaku selama ini, selama dua tahun tidak membuahkan hasil. Kupandangai kembali deretan tulisan email yang ditujukan kepadaku. Hembusan nafasku seolah isyarat bahwa diriku sudah sampai pada ujung jalan. Tidak ada jalan lagi. Ibarat lalat kehabisan tenaga karena terbang kesana kemari tapi belum juga menemukan jalan melarikan diri dari penjara jendela.
Tepatnya tiga-tiga bulan yang lalu aku menyelesaikan dua naskah terjemahan kitab kuning kemudian dikirim ke dua redaksi yang berbeda. aku diberitahu kalau naskah itu akan diseleksi terlebih dahulu kelayakan penerbitannya. Aku diminta menunggu sampai tiga bulan. Dalam hatiku, saat itu, sangat bahagia, setidaknya satu langkah sudah aku jalani. Dan aku terlalu yakin bahwa naskahku akan ketermia. Melihat aku sudah ditolak selama dua tahun, mulai dari artikel, opini hingga cerpen. Aku pikir aku sudah kenyang dengan kepahitan itu. Tentu, secara otomatis kemampuan menulisku sudah terasa dong. Pikirku dulu. Tapi sampai detik ini, hasilnya tetap sama; aku sebagai orang yang tidak dianggap keberadaannya meski aku sudah berusaha keras membuktikan diriku.
Lantas timbul pertanyaan: siapa yang salah? Aku? Mereka menolakku karena tidak tahu usaha yang aku lakukan selama ini. Mereka? Entah.
Suatu malam minggu, aku bersama kedua temenku sedang menikmati kopi di kafe deket kos-kosan kami. Kami dalam satu minggu menjadwalkan untuk berkumpul, ngopi bareng, diskusi bareng – diskusi tentang apapun. Apalagi kami bertiga memiliki hobi yang sama yaitu menulis. Kedua sahabatku ini sudah pada sukses. Tapi mereka tidak menulis untuk media cetak. Mereka menulis di media sosial; blog, UceNews, dan lain-lain aku tidak tahu pasti. Menurutku mereka sudah sukses. Setiap menulis mereka mendapatkan uang. Belum lagi perbulan mendapat gajian dari iklan yang ada di blog mereka.
Jujur saja. Aku merasa iri dengan mereka berdua. Sebab hanya aku yang belum sukses dalam dunia tulis-menulis. Dan hanya aku yang tulisannya paling banyak tapi tidak bermutu. Kalau mereka sedikit tapi sangat bermutu. Aku mengungkapkan segala kekesalanku, keputusasaanku kepada mereka. Mereka duduk diam memandangi aku yang sedang curhat. bukan curhat sih, lebih tepatnya ngomel. Ya. Ngomelin mereka yang menganggap tulisanku tidak layak dibaca masyarakat umum.
Aku pandangi mereka satu persatu. Melihat mereka sedikit kegalauanku hilang sirna. Lucu sekaligus jijik. Haha. Mereka berdua mukanya kucel. Entah berapa kali mereka mandi. Aku tidak pernah tanya sejauh itu. Rambut gondong bergelombang diikat belakang memperkuat eksistensi mereka sebagai seorang penulis dan pemikir. Cuma yang satu “ndakek” rokok. Namanya Budi – biasanya kami memanggilnya Kisut. Sehari bisa habis tidak pack rokok. Katanya kalau tidak ngisep gulungan kertas putih idenya mampet di saluran otaknya. Sebagai seorang penulis, tentu itu merupakan bencara yang terbesar yang menerjang hidupnya. Terutama ketika dia sedang menulis, berdiskusi atau merenung hukumnya wajib sebatang rokok nyelip di jarinya.
Sedangkan yang satu namanya Saipul. Dia juga memiliki nama panggilan yang unik, Gareng. Entah maknanya apa aku sendiri tidak tahu. Tapi perawakannya memang pantas disandingkan dengan Gareng, gemuk. dia tidak suka  merokok tapi diganti ngemil. Kalau sudah ngemil bisa habis 50 ribu sekali duduk. Bobotnya sekarang sudah mencapai 87 Kilo. Padahal dua minggu yang lalu dia menimbang bobotnya di puskesmas bobotnya Cuma 83 kilo. Kebayangkan nambahnya berapa dan secepatnya apa?
“Sudahlah, Yat. Nulis saja di blog. Lebih enak dan bebas. Kamu bisa leluasa meluangkan segala pemikiranmu,” ucap Saipul setelah mendengarkan curhatanku.
“Iya, bener itu. Nulis saja di blog. Kami juga sering menulis di blog. Lebih enak dan nyaman. Masalah honor jangan ditanyakan. Buktinya nanti kita akan di teraktik sama Kisut,” Gareng menambahi pendapat Kisut.
Kisut menoleh ke arah Gareng dengan mulut menganga. “Lho kok iso bawa-bawa aku itu lho. Yang baru bayaran kan kamu,” protesnya tidak terima kalau uangnya nanti harus keluar.
Aku tertawa terbahak melihat tingkah mereka berdua. Dua sahabatku ini memang unik dan perhatian. Buktinya saat ini mereka mau dengan senang hati mendengarkan ocehanku. Mereka tidak akan pelit cerita untuk memberi motivasi atau saran bagaimana aku harus melangkah ke depannya. Ya, meski sering juga mereka memperlakukan aku dengan cara yang tidak manusiawi. Apalagi kalau aku ulang tahun. Mereka tidak akan segan-segan menguras uang-uangku di dompet. Aku Cuma disisakan limaribu rupiah. Itupun yang sobek. Giliran mereka yang ulang tahun, sudah hilang begitu saja dari kos. Bau ampeknya saja tidak tercium hidungku.
“tapi aku tidak tahu soal blog,” kataku sambil meneguk kopi.
“Gampang. Nanti kami ajari sampai kamu dapat iklan, biar dapat uang,” ucap Gareng.
“Terimakasih banyak, ya. Kalian memang sahabat terbaikku.”
“Tapi semuanya tidak ada yang gratis, Yat,” ucap mereka kompak.
Aku memundurkan badanku. Bersandar di kursi. Hanya satu kata yang keluar dari mulutku, “jangkrik!”. Mereka malah tertawa terbahak-bahak.
***
Suara rintikan grimis di luar kamar membingkai dingin masuk lewat celah jendela. Tetesan airnya mengkristal di kaca jendela. Suaranya yang sayup-sayup justru terdengar menyejukkan di telinga. Terkadang kilapan cahaya di langit gelap muncul disusul suara guntur menggetarkan kaca jendela kamarku. Tapi aku seolah tidak perduli dengan mereka yang sibuk menemaniku. Tanganku sibuk memenceti tombol laptopku. Mataku mengawasi setiap huruf yang keluar berurutan di layar. Sementara otakku berputar-putar mencari kata-kata yang pernah aku hafalkan dari kecil hingga segede ini.
Aku melanjutkan cerpenku yang belum selesai. Deadline minggu depan harus sudah aku kirim ke redaksi. Entah keterima atau tidak itu urusan belakang. Yang penting aku harus melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku tidak boleh menyerah. Hitung-hitung aku mengumpulkan modal karya untuk masa depanku. Okay, saat ini tulisanku tidak ada gunanya. Tapi aku yakin suatu saat pasti ada gunanya, pikirku menenangkan gejolak bimbang dalam hatiku. Sampai saat ini aku sudah mengantongi dua ratus lebih cerpen. Satu cerpennya biasanya ada 15 halaman. Kalau dikumpulkan jadi buku kebayangkan seberapa tebalnya.
Aku melihat jam di HP. Ternyata aku sudah menghabiskan 2 jam duduk di meja kerja sehabis shalat maghrib tadi. Aku juga menunggu kedua sahabatku yang mau menginap di kosku. Sekalian membantuku membuat blog. Aku berencana memasukkan semua cerpenku ke blog-ku nanti supaya bisa langsung mendaftar iklan. Aku tidak bisa menunggu lama lagi. Aku takut tidak bisa makan lagi kalau tidak ada jalan ikhtiyar lagi. Aku sudah tidak meminta uang ke orang tua lagi. Aku tidak mau memberatkan mereka. Aku harus mandiri mencari penghidupan di sini. Ya, meskipun aku harus menangis setiap hari meratapi nasib yang serba susah.
Suara gerimis sudah tidak terdengar lagi. Mungkin capek karena tidak aku anggap. Tapi sisa dinginnya masih terasa di telapak tanganku. Aku menoleh ke arah jendela. Langit tampak gelap gulita. Tidak ada satu titik kecil bercahaya di atas sana. Aku membusungkan dada. Rasanya lega setelah berjam-jam membungkuk berhadapan dengan layar laptop.
Aku ingin merebahkan tubuhku di atas lantai. Namun belum juga punggungku menempel lantai, pintuku diketuk seseorang. Aku memiringkan tubuhku sambil mendongakkan kepala ke arah pintu. Dua orang “hilang” berdiri di pintu dengan senyum yang setiap hari aku lihat. Ya, Kisut dan Gareng. Mereka melepaskan sandal mereka sebelum masuk menghampiriku yang duduk memandangi mereka.
“Sudah sampai mana nulisnya, Yat?” tanya Gareng. Tangannya meraih laptopku di atas meja.
“Belum selesai, Reng. Klimak satu saja belum selesai,” jawabku.
“Kamu itu kalau nulis terlalu banyak konflik. Makanya hidupmu juga banyak konflik. Haha..” sahut Kisut menertawakan aku.
Aku tersenyum. Memang aku akui kalau cerpen yang aku garap pasti ruwet kebanyakan konflik. Tapi bukan bermaksut mendoakan hidupku sama ruwetnya dengan cerpenku. Aku hanya suka saja membawa pembaca muter-muter dengan masalah yang aku buat. Biar pusing. Kalau sudah pusing berarti dia berfikir. (Tertawalah meski dipaksakan).
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan blog-ku?” tanyaku menatap mereka berdua.
“Iya ini lagi aku buatkan,” kata Gareng. Pandangannya tidak bisa lepas dari laptopku. “Email-mu apa?” tanya kemudian mendongak ke arahku.
Setelah selesai mengisi kolom-kolom yang ada di website blogger, Gareng mengembalikan laptop kepadaku. Aku membalik layar laptopku menghadap mukaku. Aku melihat tampilan blog-ku. Simpel tapi sangat elegan. Tapi aku bingung cara nulis di blog-ku bagaimana. Gareng menggeser duduknya sejajar denganku. Dia memberikan arahan bagaimana caranya menulis, mengupload, melihat stistiknya sampai cara mengedit tampilan blog agar lebiih menarik lagi.
Aku baru tahu ternyata sangat muda menggunakan blog. Dan yang paling membuatku senang adalah aku bisa menulis apapun di blog-ku ini. Bahkan aku bisa menulis konten negatif sekalipun. Tapi aku tidak ingin beramal jariyah dengan barang jelek. Aku tidak mau mendapatkan dosa lantaran orang lain mengikuti kejelekanku. Seorang penulis sejatinya adalah orang yang selalu beramal jariyah. Makanya dirinya harus hati-hati. Dia harus sadar betul jarinya sedang mengetik apa.
Kisut meraih gitar yang tersandar di pojok kamar. Aku mulai mencari lagu yang enak dinyanyikan untuk mengobati penat habis memutar otak melahirkan karya. Tidak berapa lama, Kisut sudah duduk di samping Gareng. Dia membenahi posisi gitar di pangkuannya. Setelah merasa nyaman, jari-jemarinya siap memetik sinarnya. Urat-urat leher Gareng tampak menegang. Matanya terpejam mencoba menghayati suara terbaiknya. Dia terlalu maksa menyanyi. Terlalu tinggi tadi mengambil nada. Suaranya bukan terdengar berat dan berisi, malah kayak suara curut kejepit pintu.
Memenangkan hatiku
bukanlah satu hal yang mudah
kau berhasil membuat
ku tak bisa hidup tanpamu...
***
Hari Selasa.
Pagi ini aku ada kelas statistik pendidikan jam 08.45. jadi aku tidak boleh tdur habis shalat subuh. Kalau aku tidur bisa-bisa jam satu siang aku baru bangun. Aku sudah dua kali tidak masuk kelas ini. Artinya tinggal satu nyawa lagi. Kalau kali ini aku tidak berangkat, aku tidak akan bisa ikut UAS. Aku tidak mau mengulang tahun depan. Aku pengen lulus cepat. Kalau tidak cepat ya paling tidak lulus cepat waktu.
Setelah mandi dan memperindah penampilan dengan baju kemeja biru lengan panjang dan celana Pencil hitam, aku berangkat ke kampus dengan motor antikku. Aku lari menaiki tiga lantai. Aku terlambat sepuluh menit. Kalau melebihi 15 menit aku dianggap tidak masuk kelas. Dan sekali lagi, aku akan ngulang tahun depan. Namun, setelah aku sampai di depan pintu, aku menghela nafas lega. Tanganku terasa terjuntai lemas. Ruang kelas masih kosong. Dosennya belum hadir, hanya ada beberapa anak di sana. Aku terselamaatkan. Katanya temen sekelasku, kelasnya memang libur. Bapaknya lagi pergi ke Belanda, katanya sebelum pulang.
Aku tidak langsung balik ke kosan. Aku duduk di bawah tangga lantai satu. Aku ingin menghabiskan jatah kuota yang diberi UIN Sunan Kalijaga. Sayang sekali kan kalau tidak dimanfaatkan. Aku mulai membuka YouTube. Aku ingin cari inspirasi dari seorang penulis supaya aku lebih greget lagi menulis.
Deratan video muncul di layar HP-ku. Jariku bergerak ke atas dan bawah mencari video yang kelihatannya menarik untuk ditonton. Setelah malihat-lihat daftar video dari atas sampai bawah, mataku terpaku pada video salah satu acara TV. Di samping videonya tertulis “Cara Menulis Gila”. Jari telumjukku ku sentuhkan pada tulisan itu. Aku melihat pojok kiri atas di HP-ku. Lingkarang kecil berputar-putar lumayan lama sampai muncul video yang menampilkan anak kecil sedang duduk dan sang pembawa acara mengajukkan beberapa pertanyaan kepada anak tersebut.
Rupanya anak itu adalah seorang penulis buku. Sudah ada lima buku yang dia tulis. Padahal dia masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Aku mulai terhina dengan anak kecil itu. Aku kalah dari anak itu, dengan usiaku yang lebih tua darinya tapi satu bukupun belum aku buat. Jangankan buku, satu cerpen saja belum ada yang dimuat di redaksi manapun. Aku menyimak betul apa-apa dia sampaikan. Terutama ketika dia menyinggung masalah penerbitan di redaksi.
“Kalau kita menulis di redaksi, kita harus siap-siap mengikuti karakter mereka. Artinya tulisan kita harus rela di modif berdasarkan keinginan mereka bukan keinginan kita lagi. Makanya tidak heran jika beberapa artikel ditolak karena tidak memenuhi syarat yang mereka tetapkan,” ucapnya.
“Oleh karena itu, saya membuat tempat percetakan dan penerbit buku sendiri. Sehingga saya bisa leluasa menuangkan ide-ide saya. Tidak perlu takut lagi ide yang sudah susah payah kita pikirkan baik buruknya tidak akan sampai kepada pembaca,”imbuhnya.
Menonton video itu membuatku tergugah dari tidur panjangku. Ternyata benar yang dua sahabatku bilang, dengan membuat tempat untuk tulisan kita sendiri, kita bisa berkarya sebanyak dan sebaik mungkin. Lalat yang terbang ke sana ke mari ternyata sudah menemukan jalan keluarnya. Dia tidak akan lagi merasa ketakutan di dalam rumah. Dia bisa pergi bebas menghirup udara segar di angkasa sampai nanti dia benar-benar hilang termakan oleh ide-idenya sendiri.

baca juga: