SATU PAKETAN KEHIDUPAN : KESUSAHAN DAN KEMUDAHAN
Oleh : Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)
اللهم
ألطف بي في تيسر كل عسير، فإن تيسر كل عسير عليك يسير، وأسئلك اليسر والمعافاة فى
الدنيا والاخرة (رواه الطبراني عن أبي هريرة)
Artinya:
“Ya Allah, ringankanlah semua kesusahan saya menjadi
kemudahan. Karena sesungguhnya memudahkan semua yang susah itu sangatlah mudah
bagi-Mu. Dan aku memohon kepada-Mu
kemudahan dan kesehatan di dalam dunia dan akhirat.”
Keterangan:
Manusia melangkah di dunia ini, menjalani peran mereka
masing tentu tidak lepas dari adanya masalah. Masalah mustahil lepas dari
kehidupan manusia. Mulai dari yang ringan sampai yang terberat, dari yang
bersifat fisik maupun non-fisik. Manusia harus siap menghadapi masalah itu
dengan berusaha keluar mencari solusinya. Akan tetapi banyak juga manusia yang
tidak siap menghadapi masalah itu. Mereka menghadapi masalah tidak dengan cara
yang benar dan diridlai Allah.
Katakanlah tentang masalah ekonomi. Sudah berapa banyak
orang di dunia ini yang melakukan jalan pintas – seperti pesugihan, mencuri,
begal, menipu lewat kartu ATM. Mau mengakui atau tidak, faktanya berbicara
seperti itu. berita-berita yang baru hangat kemarin menginformasikan betapa
manusia tidak sabar dalam menghadapi masalah sehingga hatinya merasa sempit,
bimbang, menutup akal sehatnya sehingga mereka nekat membunuh orang yang tidak
bersalah.
Jangan manusia biasa seperti kita, nabi Muhamad Saw, sang
utusan Allah, pun merasakan kesulitan, merasakan hatinya begitu sempit, ketika
menjalankan tugas yang diembankan di bahunya. Suasana Nabi ini menyebabkan
turunnya surah al-Insyirah – kandungan maknanya sama dengan hadist yang sedang
kita bahas. Allah SWT berusaha menghibur kekasih-Nya itu dengan firman-Nya:
ألم
نشح لك صدرك (0) ووضعنا عنك وزرك (0) الذي آنقض ظهرك (0) ورفعنالك ذكرك (0)
Artinya:
“Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu? Kami
telah menghilangkan bebanmu untukmu yang memberatkan punggungmu. Kami tinggikan
bagimu sebutan (nama)mu.” (QS. Al-Insyirah : 1-4)
Ayat-ayat in mengisyaratkan bahwa di sana ada kesempitan
di dalam hati Rasulullah Saw. dalam menghadapi urusan dakwah yang dibebankan
kepada beliau, ada rintangan-rintangan yang sukar di jalannya. Belum makar dan
tipu daya yang dibuat orang-orang yang membencinya.[1]
Karena beban yang sangat berat dipikulnya, Rasulullah butuh penyemangat,
rasulullah butuh bantuan, modal dan pertolongan dari Allah.
Dari itulah, Rasulullah mengajarkan kita berdoa meminta
kemudahan dan kelapangan kepada Allah dalam menghadapi apapun. Sebab hanya
Allah yang dapat memberikan kita jalan keluar dari persoalan yang kita hadapi.
Allah yang membuat masalah di dalam hidup kita, berarti hanya dia yang tahu dan
mampu memberikan solusi.
Masalah sesulit apapun bagi Allah sangat mudah
mengatasinya. Selain itu, Allah sudah mengatur bahwa di setiap kesusahan pasti
ada kemudahan. Dan kemudahan itu tidak hanya satu. Artinya dalam satu masalah
memiliki kemudahan atau jalan keluar yang tidak terhingga. Allah sudah menjamin
itu di ayat selanjutnya:
فإن
مع العسر يسرا (0) إن مع العسر يسرا (0)
Artinya:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah :
4-5)
Menurut Gus Shofi, sapaan akrab Dr. KH. Shofiyullah
Muzamil, pengasuh Pon-Pes Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta, ketika ‘mengoceki’
kedua ayat di atas dengan perspektif ilmu Nahwu. Beliau membedakan antara kata al-‘usri
dengan yusran. Kata al-‘usri merupakan isim ma’rifat yang
memiliki arti jelas dan spesifik. Sedangkan kata yusran merupakan isim
nakirah. Isim ini memiliki makna sesuatu yang belum jelas spesifiknya. Contoh,
kitabun (buku) belum jelas buku yang manakah? Bagaimana warnanya? Siapa
pemiliknya? Ukurannya berapa? Halamannya banyak atau sedikit, belum jelas. Akan
tetapi ketika kata tersebut dimasukin Alif Lam, maka kitabun
menjadi al-kitabu yang mempunyai arti jelas, tebalnya, pemiliknya, atau warnanya.
Meskipun sifatnya tidak disebutkan sekalipun, tetap menunjukkan pada identitas buku
tersebut.
Kaitannya dengan kedua ayat tersebut, taruh saja
permasalah hutang. Okey, masalahnya jelas di sini yakni hutang. Seseorang
memiliki hutang yang banyak kepada bank atau orang lain. Namun jalan keluar
yang bisa di dapat orang terkait untuk melunasi hutannya bisa dari mana saja;
dari uang yang diberikan direktur perusahaan besar, bantuan dari lembaga
tertentu, hibah dari orang lain, uangnya yang hilang – yang menyebabkan dirinya
hutang – akhirnya ketemu, atau usaha dagangnya tambah laris. Kemungkinan jalan
keluar menyelesaikan masalah sangatlah banyak. Itu sudah dijanjikan oleh Allah.
Dan Allah mutahil mengingkari janji-Nya.
Ayat kesulitan ada kemudahan setelahnnya ini sangat
serius hingga diulang oleh allah SWT sebanyak dua kali. Umat Islam menjual
akidah mereka demi sesuap nasi. Perempuan menjual harga dirinya hanya karena
ekonominya tidak cukup. Belum masalah yang lain. manusia itu lalai dengan janji
Allah. Malah sebenarnya tidak lalai, hanya saja mereka tidak mantap atau tidak
percaya dengan janji itu. sehingga hati dan pikiran mereka terasa sempit, tidak
bisa berpikir secara lurus dan jernih.
Ikhtiyar dan berdoa kepada Allah SWT adalah sebab-sebab
kemudahan dan kelapangan.[2]
“Maka apabila engkau telah (dari suatu urusan), maka kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah : 7-8). Apabila kita sudah selesai melakukan kesibukan denga
manusia dan bumi (kesibukan duniawi) maka hadapkanlah hati kita secara total
kepada hal yang seharusnya dilakukan dengan serius, yaitu beribadah, menyucikan
diri, menadahkan harapan, dan menghadap kepada Ilahi.[3]
Ikhtiyar, ibadah, dan doa yang kita lakukan tidak akan
maksimal jika kita tidak memiliki nikmat kesehatan. Semua orang pasti tahu
bagaimana bekerja dalam keadaan sakit, pasti malas, tidak semangat, mengerjakan
tugas-tugas tidak bisa cekatan. Pada akhirnya, hasilnya tidak memuaskan.
Persoalan ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji tidak menjadi nikmat dan
khusuk ketika dilakukan dengan badan tidak segar.
Oleh karena itu, supaya lebih cepat menemukan kemudahan
dalam hidup kita, paling tidak kita harus memiliki tiga syarat, yaitu ikhtiyar,
doa, dan kesehatan. Kita harus selalu menjaga kesehatan kita di samping berdoa
dan berikhtiyar. Sebagaimana yang sudah diajarkan oleh Baginda Rasulullah Saw
kepada kita melalui hadist di atas.
@@@
baca juga:
0 komentar:
Posting Komentar