About


Get this widget:

Minggu, 15 April 2018

Filosofi Masjid Dan Shalat Dalam “Cerpen” Isra’ Mi’raj


Oleh: Muhamad Nur Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)
Bulan Rajab adalah salah satu dari bulan-bulan yang dihormati (asyhurul hurum) yang mana di dalamnya pernah terjad peristiwa agung sekaligus mencerminkan apa dan bagaimana agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad Saw. Isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, karena lazimnya Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal itu.
Isra’ adalah serangkaian perjalanan Nabi Muhamad Saw, mulai dari Masjidil Haram Makkah  ke masjidil Aqsa yang ada di Palestina. Adapun mi’raj adalah perjalanan Nabi naik menuju ke lapisan langit yang paling tinggi, yakni Shidratul Muntaha. Perjalanan tersebut ditempuh hanya dalam waktu satu malam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj bukan sekedar perjalanan Nabi dari masjid satu ke masjid lain kemudian “terbang” menembus langit paling tinggi yang tidak bisa dijangkau manusia. Dalam hal ini, kita harus yakin bahwa peristiwa itu benar-benar terjad atas kehendak Allah Swt. Otak manusia ini tidak akan sanggup membayangkannya secara gamblang. Apa yang yang susah bagi Allah? Jangankan satu malam, satu detik pun Allah sanggup membawa Nabi hadir di hadapan-Nya. akan tetapi, Allah tidak mau “egois” dengan kemahadasyatan-Nya. Allah memberikan ruang cukup bagi manusia untuk menelaah kemungkinan-kemungkinan apa dan bagaimana peristiwa agung tersebut. Sehingga banyak sekali disiplin keilmuan yang dapat menjelaskan kemungkinan-kemungkinan itu. dengan ruang yang diberikan Allah tersebut, hati manusia semakin yakin kepada kebenaran dan ke-esa-an Allah SWT.
Salah satu ruang tersebut yang saya masuki dan ingin saya bagikan kepada pembaca adalah filosofi di balik kejadian tersebut serta oleh-olehnya, yaitu shalat. Saya beranggapan bahwa selain mewajibkan shalat kepada umat Muhamad, Allah juga ingin mempertegas tujuan Agama Islam dengan gaya alur yang unik dalam kisah singkat, semalam tersebut.
Lho, memang apa tujuan agama Islam ini, kok sampai harus dipertegas segala? Tujuan agama ini dengan diutusnya Nabi Muhamad adalah untuk menciptakan suasana damai penuh kasih sayang. “Kami tidak akan mengutusmu kecuali sebagai rahmat bag seluruh alam” (Al-Anbiya’: 107).
Pernyataan Allah dalam ayat di atas dipertegas dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, sebab terkadang manusia lalai akan pangkat yang ia bawa di dunia ini, yaitu Khalifah Allah, yang bertugas untuk merawat bumi seisinya. Lantaran karena ego dan perbedaan paham, manusia menyakiti manusia yang lain bahkan tidak segan-segan untuk menumpahkan darah.
Dari mana bisa dikatakan Allah mempertegas? Ya, dari tempat singgah nabi dalam perjalanan Isra’ Mi’raj (Masjid) dan oleh-olehnya (shalat). Masjid dipilih oleh Allah karena masjid memilik pelajaran yang sangat besar bagi manusia – makanya umat islam selalu diperintah untuk shalat di masjid agar terlatih peka menangkap hikmahnya.
Ketika azan berkumandang, semua orang berbondong ke masjid untuk melakukan shalat. Dari pintu depan, tengah, atau belakang mereka masuk untuk berjamah, lalu bersama-sama menghadap kiblat. dengan serentak dan serasi para jamaah memulai shalat dengan takbir dan mengakhirnya dengan salam. Lantas kemudian apakah kita pernah mempermasalahkan dari pintu mana kita masuk? Siapa dan apa kita kok berani-beraninya orang lain berdekatan dengan kita? Apakah pertanyaan semacam ini pernah terlintas di benak kita?
Umat Islam dunia umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya, bahwa kita harus menghargai perbedaan, selama perbedaan itu tidak menghinakan salah satu di antara kita dan tidak mengganggu akidah. Kita diajarkan saling menghargai perbedaan untuk kemajuan bersama dalam mencapai tujuan yang lebih baik, sebagaimana para jamaah yang masuk dari berbagai pintu, kemudian bersama-sama dengan kompak melakukan shalat menghadap ke kiblat.
Indonesia sangat membutuhkan nilai saling menghargai. Mengingat indonesia adalah negara majmuk yang terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama, jika nilai tersebut tidak ada di dalam hati manusianya, tentu kehancuran yang datang. Karena setiap warganya saling menaruh curiga dan kebencian. Lantas dari mana tujuan didirikannya negara ini bisa tercapai?
Oleh karena itu, marilah kita belajar dari “kisah pendek” yang Allah atur sedemikian rupa supaya kita sadar tujuan kita ada di dunia ini sebagai khalifah Allah yang menjaga dunia dan seisinya, bahwa kita adalah umat nabi Muhammad yang diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kita harus bersama-sama mempererat persaudaraan untuk memajukan negara tercinta Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar