Oleh: Muhamad Nur
Hamid Hidayatullah
(Santri PPM. Al-Ashfa Yogyakarta)
Bulan
Rajab adalah salah satu dari bulan-bulan yang dihormati (asyhurul hurum)
yang mana di dalamnya pernah terjad peristiwa agung sekaligus mencerminkan apa
dan bagaimana agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad Saw. Isra’ mi’raj terjadi
pada tanggal 27 Rajab, karena lazimnya Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal itu.
Isra’
adalah serangkaian perjalanan Nabi Muhamad Saw, mulai dari Masjidil Haram
Makkah ke masjidil Aqsa yang ada di
Palestina. Adapun mi’raj adalah perjalanan Nabi naik menuju ke lapisan langit
yang paling tinggi, yakni Shidratul Muntaha. Perjalanan tersebut
ditempuh hanya dalam waktu satu malam.
Peristiwa
Isra’ Mi’raj bukan sekedar perjalanan Nabi dari masjid satu ke masjid lain
kemudian “terbang” menembus langit paling tinggi yang tidak bisa dijangkau
manusia. Dalam hal ini, kita harus yakin bahwa peristiwa itu benar-benar terjad
atas kehendak Allah Swt. Otak manusia ini tidak akan sanggup membayangkannya
secara gamblang. Apa yang yang susah bagi Allah? Jangankan satu malam, satu
detik pun Allah sanggup membawa Nabi hadir di hadapan-Nya. akan tetapi, Allah
tidak mau “egois” dengan kemahadasyatan-Nya. Allah memberikan ruang cukup bagi
manusia untuk menelaah kemungkinan-kemungkinan apa dan bagaimana peristiwa
agung tersebut. Sehingga banyak sekali disiplin keilmuan yang dapat menjelaskan
kemungkinan-kemungkinan itu. dengan ruang yang diberikan Allah tersebut, hati
manusia semakin yakin kepada kebenaran dan ke-esa-an Allah SWT.
Salah
satu ruang tersebut yang saya masuki dan ingin saya bagikan kepada pembaca
adalah filosofi di balik kejadian tersebut serta oleh-olehnya, yaitu shalat.
Saya beranggapan bahwa selain mewajibkan shalat kepada umat Muhamad, Allah juga
ingin mempertegas tujuan Agama Islam dengan gaya alur yang unik dalam kisah
singkat, semalam tersebut.
Lho, memang apa tujuan
agama Islam ini, kok sampai harus dipertegas segala? Tujuan agama ini
dengan diutusnya Nabi Muhamad adalah untuk menciptakan suasana damai penuh
kasih sayang. “Kami tidak akan mengutusmu kecuali sebagai rahmat bag seluruh
alam” (Al-Anbiya’: 107).
Pernyataan
Allah dalam ayat di atas dipertegas dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, sebab
terkadang manusia lalai akan pangkat yang ia bawa di dunia ini, yaitu Khalifah
Allah, yang bertugas untuk merawat bumi seisinya. Lantaran karena ego dan
perbedaan paham, manusia menyakiti manusia yang lain bahkan tidak segan-segan
untuk menumpahkan darah.
Dari
mana bisa dikatakan Allah mempertegas? Ya, dari tempat singgah nabi dalam
perjalanan Isra’ Mi’raj (Masjid) dan oleh-olehnya (shalat). Masjid dipilih oleh
Allah karena masjid memilik pelajaran yang sangat besar bagi manusia – makanya
umat islam selalu diperintah untuk shalat di masjid agar terlatih peka
menangkap hikmahnya.
Ketika
azan berkumandang, semua orang berbondong ke masjid untuk melakukan shalat.
Dari pintu depan, tengah, atau belakang mereka masuk untuk berjamah, lalu bersama-sama
menghadap kiblat. dengan serentak dan serasi para jamaah memulai shalat dengan
takbir dan mengakhirnya dengan salam. Lantas kemudian apakah kita pernah
mempermasalahkan dari pintu mana kita masuk? Siapa dan apa kita kok
berani-beraninya orang lain berdekatan dengan kita? Apakah pertanyaan semacam
ini pernah terlintas di benak kita?
Umat
Islam dunia umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya, bahwa kita harus
menghargai perbedaan, selama perbedaan itu tidak menghinakan salah satu di
antara kita dan tidak mengganggu akidah. Kita diajarkan saling menghargai
perbedaan untuk kemajuan bersama dalam mencapai tujuan yang lebih baik,
sebagaimana para jamaah yang masuk dari berbagai pintu, kemudian bersama-sama dengan
kompak melakukan shalat menghadap ke kiblat.
Indonesia
sangat membutuhkan nilai saling menghargai. Mengingat indonesia adalah negara
majmuk yang terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama, jika nilai
tersebut tidak ada di dalam hati manusianya, tentu kehancuran yang datang.
Karena setiap warganya saling menaruh curiga dan kebencian. Lantas dari mana
tujuan didirikannya negara ini bisa tercapai?
Oleh
karena itu, marilah kita belajar dari “kisah pendek” yang Allah atur sedemikian
rupa supaya kita sadar tujuan kita ada di dunia ini sebagai khalifah Allah yang
menjaga dunia dan seisinya, bahwa kita adalah umat nabi Muhammad yang diutus
menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kita harus bersama-sama mempererat
persaudaraan untuk memajukan negara tercinta Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar