About


Get this widget:

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 29 April 2015

NULIS DI MEDIA CETAK GAMPANG-GAMPANG SUSAH

Ternyata tak segampang yang aku bayangkan nulis di media sosisal. Gak susah-susah amat sih. Sebetulnya hanya perlu sabar dan istiqomah saja kok untuk mendapatkan tempat di hati suatu redaksi sehingga apa yang kita tulis pasti akan diterima. Semua butuh proses. Tak mudah awalnya, namun kalau selalu berusaha keras dan tak menyerah, ingsya Allah akan mudah, gampang, lancar, dan happy ending. Namun kalau kamu, aku dan kita masih tetap disini, ya, kapan kita bisa merasakan bahagia. Bahagia itu harus susah dulu. Usaha dulu baru hasil.

Kayak aku sekarang. Aku bingung. Aku galau. Mikirin tulisan-tulisanku yang belom diterima oleh redaksi manapun. Gak tahu apa yang terjadi dengan tulisanku? Padahal bagus dan kritis lho. Apa personel redaksinya ngantuk pas baca tulisanku ya? Emmm..mungkin aja sih. Kan banyak sekali tulisan-tulisan yang masuk disana.Tapi gak juga kalau tulisanku di tolak semua. Aku setiap hari ngirim loh. Mesti lah ora ketang satu atau dua dan semua, amin, diterima oleh redaksi.

Oh ya, aku kalau ngirim biasanya di redaksi Kompas. Aku sengaja pilih redaksi yang besar. Karena disana pasti ada honor yang besar juga. Maklum lah, kalau aku cari uang dan uang, karena aku bukan keturunan konlomerat. Aku itu konglomelarat. Bapakku orang biasa. Bekerja sebagai guru agama yang gajinya Cuma buat beli sabun dan sampo. Bapakku kalau ngirim uang ke aku Cuma sebesar 150.000 setiap bulannya. Buat apa uang segitu. Habis untuk beli odol sama ditergen. Maka dari itu, aku harus greget untuk cari uang tambahan. Tak lain adalah untuk meringankan beban orang tuaku.


Aku minta doa kalian semua ya. Agar tulisan-tulisanku diterima di semua redaksi media cetak. Amin.

Selasa, 28 April 2015

GALAUKU, TUKANG BECAK, PENGEMIS DAN INDONESIA-KU

Sehabis jam pertama mata kuliahku, aku ingin pulang kepondok saja. Bosen dikampus lama-lama. Toh jam kedua mata kuliahku masih lama, jam 12.30. aku lebih suka pulang kepondok dari pada berlama-lama di kampus. Bengong, gak tahu apa yang harus aku lakukan. Mau wifi-an juga lelet, mau internetan pake modem juga gak enak, kan ada wifi. Mau nulis puisi ataupun artikel juga males. Moodnya gak ada. Tempat dan situasinya kurang mendukung. Lebih baik aku pulang aja.

Ditengah perjalanan pulang, aku melihat seorang tukang becak lagi menunggu dan menanti penumpang yang lewat. Aku menatap wajahnya yang kumuh terbalut debu. Aku melihat dengan jelas bagaimana kerutan yang ada diwajahnya yang menyiratkan jeritan, cerita, makna, harapan dan doa. Sedikti tergerak bibirnya ketika matanya memandang kosong ke tempat yang sangat jauh_entah kemana. Dan aku tak mengerti apa uang dia ucapkan selirih beledu tersebut.



Raut wajahnya masih terpikirkan dalam benakku. Malah semakin jauh dan dalam menggarit mati. Aku tak bisa bayangkan saja kalau seandainya posisiku, atau posisi keluargaku seperti itu. Aku dapat membayangkan dengan jelas aku akan berteriak dan marah-marah pada siapa saja yang tak mau numpak becakku. Bahkan aku akan mencaci Tuhanku sendiri. Aku akan murtad, pikirku.

Namun si tukang becak itu, tak sedikitpun aku tangkap ekspresi marah atau jengkel, tak terima atas apa yang sudah enjadi takdirnya. Justru malah sebaliknya, aku melihat di sana, segala sisi dalam hati dan pikirannya, dipenuhi dan dijejali keikhlasan, qona’ah, sabar dan tawakal. Subhanallah.

Tiba-tiba aku tenggelam lebih jauh dalam rasa kasihanku. Aku memikirkan bagaimana keadaan orang yang lebih parah, miris, memprihatinkan, dan bahkan mengenaskan di sana_penjuru Indonesia? Pengemis, gelandangan, fakir dan miskin? Pasti penderitaan mereka jauh lebih menusuk dan menyakitkan. Betapa susahnya mencari makan, minum, nafkah, untuk menghidupi keluarga mungilnya. Mereka harus membanting tulang mereka sampai hancur lebur untuk mendapatkan sesuap nasi dan minum. Artinya lebih keras dan lebih sengit perjuangan mereka untuk menyambung nyawa agar tetap hidup di dunia.
Ya Allah, jagalah iman dan tauhid mereka. Aku takut kefakiran akan membawa mereka pada kekufuran.



Dan perasaan kasihan dan ibahku semakin menjadi setelah melihat bagaimana kondisi perekonomian Indonesia yang makin lama makin merosot. Mataku samapi tak berkedip memandangi layar TV yang sedang menyiarkan acara Kompasinia TV. Di acara TV tersebut di paparkan bahwa banyak investor asing yang menarik dana dan saham mereka dari Indonesia setelah mereka mengetahui keadaan perekonomian Indonesia. Mereka khawatir akan menglami kebangkrutan. “akankah Indonesia mampu memperbaiki perekonomian dan kebutuhan lain yang menyangkut kemakmuran masyarakatnya?”, pikirku dalam hati.

Perasaan cemasku terhadap permasalahan Indonesia tak menjadi gede, sebab ternyata pemerintah sudah berusaha menarik kembali investor asing agar mau menanam saham mereka kembali di Indonesia. Ini kebanggaanku tersendiri terhadap pemerintahan negaraku. Pemerintah masih mau memikirkan keadaan masyarakatnya. mudah-mudahan indonesia dapat menjadi negara yang makmur dan sejaahtera dengan pemimpinnya_entah siapa pemimpinnya, baik SBY ataupun Jokowo Dodo dan juga pemimpin kedepannya. Amin.  

Senin, 27 April 2015

condone

At this opportunity, i would like to explained away  about condone each other. Because it is a important thing in our life. As aristoteles said we are zoon paliticom we are social-animal who need other for our requirement. Impossible, if we do not need other. We have no power for doing our life by our self. Therefore, importent for us to forgiving each other. In order that, our relationship is more harmonious.

I can not imagine that when we live without condone. The life will be shattered. All of people kill each other. Wherever there are many sins, criminals, and violences. And finally the world will smelted. Do you agree this sentence? Yes, you must.


So, let’s realize our condition as social-human who need other. Don’t think when we forgive someone is not effect for us. Of course there is. We will find composure in our soul. And it can not be sale. And although a lot of money can not buy it. Because, this is talking about sentiment and freshness. Do you want your felling and freshness sale, and then you live without it? It is so sickness and you will get a bad fall.

WUDHU DAN DARAH

ehem-ehem..
gimana kabarnya semua? sehat toh, bahagia toh, mantep toh dan toh-toh yang lainnya. amin. kesempatan kali ini aku pengen berbagi masalah fiqih islam kontemporer. bosen juga kalau cuma share tentang curcol-curcolku seng OC alias Ora ceto.

langsung aja biar gak menunggu,,J

di dalam buku Yas'alubaka jilid 2 karangan Dr. Asyarbashi, disana dijelaskan mengenai bagaimana hukumnya orang yang dalam keadaan berwudhu menggosok gigi lalu keluar darah dari giginya gara_mungkin_terlalu keras menggosokkan sikatnya? (sikat WC mungkin ya. hahahahaha. juki)

dalam tulisannya tersebut Beliau menerangkan bahwa pertama-tama, perlu diingatkan bahwa penggunaan sikat gigi untuk membersihkan mulut dan gigi biasanya dilakukan sebelum berwudhu. Itu adalah kebiasaan yang sudah dikenal di dalam lingkungan islam.

Di dalam mazhab Hanafi disebutkan bahwa darah yang keluar dari tubuh akan membatalkan wudhu’ jika sampai mengalir ke permukaan tubuh. Sedangkan menurut mazhab syafi’i dan Maliki, darah yang keluar dari tubuh tidak membatalkan wudhu’. Mereka beragumentasi dengan hadis yang diriwayatkan oleh Annas ra, bahwa Rasulullah saw pernah berbekam kemudian salat tanpa berwudhu lagi, dan tidak membasuh bagian tubuh yang telah dibekam.

Begitu juga yang diriwayatkan oleh abdullah bin abbas ra, bahwa dia terserang penyakit mimisan, kemudian dia mencuci darah dan tidak mengulangi wudhunya, lalu mengerjakan shalat. Juga diriwayatkan bahwa salah seorang sahabat terkena anak panah ketika sedang mengerjakan shalat. Darahpun keluar dari lukanya itu, namun dia tetap meneruskan salatnya. Rasulullah saw mengetahui peristiwa itu, tetapi beliau diam dan tidak menyalahkan dan tidak mengatakan bahwa salat atau wudhunya batal.

Kita dapat memahami bahwa menurut madhab Hanafi, bercampunya odol dengan darah pada saat kita menyikat gigi tidak membatalkan wudhu. Karena, madhab Hanafi berpendapat bahwa darah yang membatalkan wudhu adalah darah yang samapai mengalir kepermukaan tubuh. Oleh karena itu, darah yang keluar ketika sikat gigi dengan keadaan berwudhu tersebut tidak sampai mengalir kepermukaan tubuh, melainkan hanya bercampur dengan odol, disebabkan gosokan sikat terlalu keras dan berulang-ulang terhadap gigi.

Demikian juga menurut mazhab Syafi’i dan Maliki, bahwa hal itu tidak membatalkan wudhu. Karena kedua mazhab tersebut bahwa wudhu tidak akan batal dengan keluarnya darah dari tubuh.[1]

Di dalam kitab Fathul Qorib al-Mujiib, diterangkan bahwa perkara-perkara yang membatalkan wudhu itu ada lima:
a.      Adanya ssesuatu yang keluar dari qubul dan dubur
b.     Tidur dengan posisi tidak menetap pantatnya dalam bumi.
c.      Hilangnya akal yang disebabkan oleh mabuk, gila, ayan, sakit, dan lain sebaganya.
d.     Menyentuh lawan jenis dengan syahwat.
e.      Menyentuh farji anak adam dengan telapak tangan yang dalam dari orang yang berwudhu dan lainnya.[2]

Dari penjelasan di atas sekilas, kita dapat melihat pada poin-poin tersebut tidak diterangkan secara jelas ataupun secara implisit bahwa keluarnya dari tubuh itu tidak membatalkan wudhu. Wallahu a’lamu bishowab.

Itu dulu ya topik yang aku share kali ini. Semoga beranfaat dan barokah bagiku dan bagi temen-temen semua. Amin J kalau ada kritikan dan saran yang membangun monggo di koment aja, ya.

Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA
  • Drs, K.H. Imran abu Amar, 1983, fathul qarib almujiib terjemahan, Menara Kudus.
  • Dr. Ahmad asy-Syarbashi, 2008, Yas'alunaka. Penerbit Lentera.





[1] Dr. Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka 2, (Jakarta: Penerbit  Lentera. 2008). Halm, 3
[2] Imran Abu Amar, Fathul qarib Terjemah, Halm, 26

Minggu, 26 April 2015

KONSULTASI BERGADANG

Bangun malam?

Emm,,aku suka itu. Apalagi kalau untuk belajar. Wih mantep. Gak bermaksut sombong lho. Aku emang suka bergadang untuk membaca buku_ilmiyah ataupun non-ilmiah. Kalau udah bergadang, siangnya aku baru tidur. Hampir mirip kelelawar ya. Tapi disitu ada poin “wow” yang bikin orang tercengang ketika mengetahui atau melihat performaku. Sebab orang akan berpikir “lho dia kok bisa. Padahal kerjaannya Cuma molor aja”.

Kalau kata bapakku “etok-etok gak ngelgewo tapi nak wayahe tampel yo tampil seng membahana”. Kayak-kayak gak tahu apa-apa, tapi ketika disuruh untuk tampil di publik ya harus tampil dengan memukau dan cetar membahana.

Bapakku juga bilang kalau malam itu pasarnya ‘ulama dan siang adalah pasarnya orang awam. Namun pasar disini jangan diartikan pasar yang sesungguhnya. Pasarnya ulama maksutnya adalah waktu dan tempat dimana ulama mencari bahan ataupun modal untuk kehidupannya kelak yang lebih hakiki. Beribadah. Termasuk ibadah bagi para thullab adalah belajar. Sedangkan pasarnya orang awam adalah tempat dan waktu dimana orang-orang awam melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dagang. Bisnis. Ngojek, dan lain-lain.

Namun ada keraguan dalam diriku, setelah aku membaca buku judulnya Keajaiban Sains Islam. Disitu diterangkan bahwa Allah menciptakan malam itu untuk beristirahat dan tidur. Menurutku ini bertolak belakang dan sangat kontras dengan prinsip malam adalah pasarnya ulama. Al-Quran menyuruh tidur sedangkan kitab salaf menganjurkan qiyamullail.
Setiap kali aku memikirkannya. Hingga aku akhirnya tanya sama bapakku sendiri terkait bangun malam ini. “pak bukannya allah menciptakan malam bagi manusia untuk beristirahat dari letih, capek, amarah. Tapi kenapa para ulama’ atau orang-orang yang agamis selalu bangung malam untuk berribadah?” tanyaku lewat SMS. “emang benar, Nang. Allah menciptakan malam bagi manusia untuk beristirahat. Namun harus disadari. Para ulama juga tidur dimalam hari. Cuma alokasi waktu tidurnya itu sangat sedikit. Dan bagi mereka itu sudah lebih dari cukup.mereka tidur lalu bangun karena kerinduan mereka kepada Kekasih hakiki. Mereka ingin bercumbu rayu dengan Pacar tercinta.” Jawab bapakku lewat telpon. Biasanya kalo aku SMS bapak, beliau sering bales lewat telpon.

Oh gitu toh. Njeh kulo paham sak niki. Berarti aku harus tidur dulu sebelum belajar tengah malam.

=@=

Ramalan tentang aku

Tak terasa sudah jauh kehidupan yang aku jalani
Namun tak pernah aku bertemu dengan noktah
Meraih kecantikan koma pun aku bergetar
Aku takut
Aku belum siap
Karena aku belum digodok di panci ibu
Untuk menyambut wujud  asli impianku
Ketika aku teringat apa yang diramalkan tentang diriku
Hati ini tersentak dan tersentil
Namun juga aku bingung
Bagaimana diriku  menjadi besok
Wong  aku saja susah menjadi sekarang
Padahal aku sudah berusaha membentuk patung “aku”
Tapi gak pernah jadi
Ku susun lagi
Ku injak-injak lagi
Tetep saja gak jadi
Malah tambah gak jelas bentuknya
Dan aku sendiri belepotan dalam penciptaan


                                                                   26 maret 2015

                                                                   Gus hidayat

Aku ingin menangis lagi

Tak mungkin jika aku hanya sekedar mencampakkan istiqomahku
Pada kesombongan malam
sedangkan kerak air mata menjadi hujjah bagi setiap angin yang lewat
Membungkus seluruh takdhim yang menetes
Dari hati menuju keabadian pengalaman batin
Ku ingin menangis lagi didepan-Mu
Enak sekali
Seperti bercinta dengan istri tercinta
Allah!
Jamahlah jalanku yang semakin jebol
Aku ingin dana-dana hidayah-Mu
Mencair untuk menambal jalan bolongku
Dan jangan kau biarkan roda-roda raksasa memperkosa dan menghunjamnya lagi
Aku sudah muak!
Setiap kali turun  mencari debu cerita
Tak kujumpainya dalam persembunyiannya
Dan terlalu bodoh aku terus  mencarinya.

                                                                             Jogja, 19 maret 2015
                                                                             Gus Hidayat


BLOG BARU DAN HARAPAN

Alhamdulillah akhirnya aku punya wadah untuk nyalurin unek-unekku. Blog. Aku baru saja buat dengan dibantu temen. Sebab aku orangnnya gak bisa masalah teknologi. Aku gaptek alias gagap iptek.

Oleh karena itu biar tahu. Aku minta temen untuk membantuku membuat akun media sosial di internet. Blogku aku namai pencilku.

Setelah dibuatkan blog. Kendala berikutnya adalah aku baru sadar kalau aku sering mendapati kesusahan ketika menulis. Ide-ide yang mau aku tulis   hilang tanpa jejak dan pesan sedikit pun. Meninggalkan aku yang semain terpuruk dalam masalah tidak punya uang. Aku butuh uang. Maklum jauh dari orang tua. Dan juga aku pengen latihan kerja cari uang dengan yang benar.

Aku sebenarnya sudah lama memendam keinginan memiliki blog yang terkenal dan banyak dikunjungi orang dan tentunya juga barakah. Namun baru bisa terealisasikan sekarang. Hal ini dikarenakan banyak masalah yang aku hadapi. Gak punya uang, gak punya modem, kuota, dan juga kebodohan IT. Meski belom terkenal dan banyak dikunjungi, namun aku bisa menaruh harapan dan doa disana agar yang aku inginkan bisa tercapai.

Aku sadar ini sangat dan sangat membutuhkan kesabaran untuk membuat blogku terkenal. Dan karena itulah aku selalu memotivasi dan mensugesti diri untuk selalu bekerja keras untuk sebuah impian yang sangat menentukan arah kemana nafas ini akan aku bawa.

=@=

FAS-ALU AHLA ALDHIKRI

Rasanya gak enak banget toh nyebut Allah dalam WC, meski dalam hati. Aku ngerasa Tuhan tempatnya itu bukan disini tapi jauh dari sini_tempat kotor. Sebab Tuhan itu indah. Sangat indah. Namun jangan dibayangkan kalau Allah itu lukisan atau apa-apa yang dibuat manusia lalu ia menyebutnya seni. Bukan. Bukan itu. Keindahan Allah gak bisa ditangkap dengan panca indra. “Allah bila kaifin”. Sebab jika keindahan-Nya engkau pikirkan, ya maka sebatas itulah keindahan-Nya. Padahal gak. Keindahan Allah itu sangat agung bahkan tidak bisa disebut agung ataupun besar sekalipun. Maksutku jika Keindahan Tuhan kita sebut agung ataupun besar, maka keindahan-Nya sebatas kata-kata itu. Kata lainnya, keindahan Tuhan itu gak terbatas seperti makna yang dikandung kata agung dan besar.

Namun masalahnya, waktuku untuk dzikrullah itu akan kurang ntar. Dan ini sangat bahaya. Sebab akan menggerogoti keinginan syetanku. Aku akan merasakan surga bulshitnya setan. Aku akan terlena lama kelamaan. Untuk antisipasi, kadang terbesit di benakku kalau aku harus ingat Allah di setiap waktu dan dimanapun_meski di WC, tapi ya harus dalam hati.

Tapi...

Masak sih?

Aduh bingung.

Tak tanya sama para guruku ntar lah. Mereka yang lebih ahli.

فاسئلوا اهل الذكر ان كنتم لا تعلمون

=@=

KERINGAT DAN SEBUAH PROSES

Ternyata tak semudah yang aku kira. Menjadi orang lain di depan kalayak umum itu sangat susah. Bukan hasil yang memuaskan tapi malah keringat seember. Bagiku malah lebih enak ngomong biasa di depan kalayak dari pada berakting. Sebab aku harus berpura-pura jadi orang lain. Itu susah banget.

Masak aku harus mendesign dan merubah total diriku utuk disamapersiskan dengan orang lain. Ngomong, jalan, melihat, mendengar, dan bahkan menguap pun aku harus sama. Sorry broh, aku gak bisa. Namun, jangan salah. Aku sadar dibalik latihan seperti itu_ini berlaku untuk hal lain juga_adalah sebuah proses yang tanpa disadari akan melatih dan me-riyadh diri kita agar terbiasa dengan hal yang sebelumnya membuat kita canggung dan nerves ketika melakukannya.

Malu sih. Cuma ya bagaimana lagi. Toh temen-temen juga sudah memahami kalau memang butuh waktu unuk sesuatu hal yang baru.

Dayat ini ancen rewel!

Dia gak pernah tenang kalo diajak kompromi untuk kelihatan berwibawa_sedikit saja dah_di depan umum. Lantas apa dan siapa sih yang sebenarnya salah? Aku sendiri atau Dayat?

Yat yat..ngono kok pengen maju kalau masih minderan gitu. Terjang aja ekspresimu. Jangan takut. Lepaskan. Wujudkan. Dan nyatakan apa yang ada di benakmu dan apa yang dituntut suatu kondisi. Emang awalnya susah. Tapi lama-lama juga terbiasa. Semua itu sebab kulino. Semua ini butuh proses  kok. Kata temenku dulu “proses itu wajib sebelum mencapai kebahagiaan”. Dan “gagal juga sebuah keharusan atau fardlu”, sebab kamu akan bisa mengukur seberapa jauh dan seberapa maksimal diri kita berusaha menggapai impian kita. Tanpa kegagalan kita tak akan merasakan nikmatnya kemenangan. Memang ada seseorang, atlet ataupun siapa saja menang dalam waktu sekaligus, tanpa mengalamai kegagalan dulu. Namun disitu rasa nikmat kemenangannya kurang dapet jika dibanding dengan yang mengalami satu kegagalan bahkan lebih.

Ngomong kegagalan dan kesuksesan, aku jadi teringat masa kecil ketika aku masih kuliah di diniah Qomaruddin di desa Morodemak_di desaku. Pertama kali aku masuk sekolah tersebut, aku merasa kalau aku gak bisa apa-apa. Minder melihat temen-temen bisa ngafalin dengan cepat dan yang paling aku irikan salah satu dari mereka mampu mendapat pringkat rangking satu sampai tiga. Lah aku? Dua sembilan dari empat puluh anak. Aku masih ingat betul bagaimana abahku ngamuk aku. Bilau marah besar kalau aku tak dapat prestasi akademik. Makanya, oleh bilau aku selalu digodok sak matenge untuk selalu semangat dalam mencari ilmu yang benar dan akhirya dapat peringkat pertama dan bintang kelas. Sebab itu, sejak kelas tiga awaliyah sampai lulus aku selalu mendapat nilai dan peringkat teratas dari yang lain. Kamu pasti gak tahu bagaimana aku harus seperti makan daun pepaya yang pahit itu untuk mendapatkan apa yang aku inginkan dan apa yang dituntukan oleh kondisi.


kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.

YO MBOK JANGAN NEKO-NEKO

Aku palin males kalau acaraku harus tertunda gara berbenturan dengan jadwal lain ataupun dengan disuruh neng atau gus untuk melakukan suatu hal. Aku sebel aja. Aku ngerasa aku gak punya otoritas kepada diriku sendiri. Ini punyaku. Ini hakku. Dan aku yang berhak mengatur diriku.

Namun itu pikiranku dulu.

Sekarang bagaimana?

Ya beda lah. Sekarang aku sudah menyadari kalau prinsipku dulu itu salah besar. Aku disini hidup bukan karena diriku snediri tapi karena orang lain yang sampai skerang aku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Gus Shoffi. Aku kuliah dibantu. Makan juga dikasih. Aku dihidupi disini. Oleh sebab itu, salah besar dong jika aku mengingkari kebaikan tersebut. Dimana adab budi pekerti yang telah aku pelajari selama sepuluh tahun. Mana wujud real dari ilnu yang telah aku dapat. Aku juga takut jika konsep “al-ilmu bila amalin mardudun” berlaku padaku, aktivitasku dan bahkan nafas yang aku hembuskan setiap hari. Semua akan jadi barang rongsokan saja.

Enakan sam’an watho’atan aja. Ayem. Tentram. Adem. Wenak pokoke. Statement tersebut tak akan bisa digambarkan dengan lukisan yang harganya miliyaran sekalipun. Karena ini menyangkut perasaan. Dan perasaan itu letaknya di hati. Di hati itulah rasa nyaman, damai, cinta, kasih sayang, dan ketulusan. Coba bayangkan kalau semua orang gak punya perasaan? Weh. Hancur lebur dunia ini. Dimana-mana akan terjadi kriminalitas. Pembunihan. Violence. Dan_yang lagi marak_pembegalan, sampai kalau aku lihat di TV itu subhanallah mengerikan. Mansuia yang gak bersalah harus mati dengan tangan dan kaki terpotong-potong. Terus dibuang di semak-semak atau di sawah.


Maksutku, jadi orang tu yo mbok jangan neko-neko. Yang anteng dan bersahabat ngono loh, biar tambah gemah ripah loh jinawi hati dan pikirannya.