About


Get this widget:

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 07 Juni 2015

TENTANG “KETIKA”

Sehabis sahur, aku berincang-bincang dengan teman-temanku mengenai materi filsafat yang diberikan ustadh ‘afan tentang roh. Roh itu beda dengan jasad. Roh gak bisa tua. Roh adalah reseptor terhadap apa yang dialami jasad. Roh kita, yang ada di tubuh kita, sebetulnya sama dengan roh-roh yang lain bahkan termasuk nabi sekalian. Tetapi rohnya Nabi Muhammad adalah pengecualian. Artinya roh Muhammad itu beda dengan roh yang lain. Ya jelas. Bukankah dunia yang ada ini, bahkan surga dan neraka sendiri, adalah dari roh Beliau, nur Muhammad?
Disini yang menjadi ganjal di otakku, bahwa Allah itu seolah-olah pilih kasih. Sebab Allah hanya menerima ibadah hamba-Nya yang khusuk, benar, tawadhu’ dan jawarih. Padahal itu semua sulit dilakukan oleh hamba yang ecek-ecek seperti aku. Masak Tuhan gak menghargai usaha hambanya yang mau mendekatkan diri? Ibadah itu kan juga doa. Kita ibadah tidak lain tidak bukan untuk mengharap ridho Allah_kalau untuk tingkatan aku, ibadah untuk mencari pahala. Surga, dan tidak untuk masuk neraka. Harapan merupakan doa, bukan? Padahal ketika berdoa, Allah pasti mengabulkan. ud’uny fastajib lakum. Artinya Allah masih mendengarkan doa kita dan mengabulkannya. Allah juga bukan Dzat yang dhalim. Allah itu Zhat yang maha adil dan bijaksana. Oleh karena itu, Allah pasti menghargai ibadah kita meski tak karuan bentuknya, tapi penghargaan itu disesuaikan dengan kualitas yang kita lakukan.
Catatan saja. meski begitu, bahwa Allah itu menerima ibadah kita, walaupun kita tak bisa sepenuhnya, totalitas dalam ibadah itu, mari ita usaha untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Aku menulis ini jangan disalah-artikan. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Tuhan itu tidak pernah pilih kasih dengan seluruh makhluknya, baik yang shalih beriman ataupun yang tidak. Ini diwujudkan oleh Allah lewat sifat-Nya, al-rahman dan al-rahim.
Aku ingat dengan stetement yang aku buat ketika aku melihat sebuah film yang berrjudul “Ketika Tuhan Jatuh Cinta”. saat itu, aku selalu bertanya-tanya, masak Tuhan butuh “ketika” untuk jatuh cinta. Ketika hamba-Nya itu ingat, maka Dia jatuh cinta, tapi ketika hamba-Nya itu lupa, maka cinta-Nya hilang.
Tuhan itu selalu mempersembahkan cinta-Nya untuk makhluk-Nya. Tuhan selalu perhatian dan pengertian dengan hamba-Nya. Kita lihat orang-orang yang lalai dari jalan lurus-Nya, orang-orang yang mengacuhkan-Nya, tapi Allah masih memberi kehidupan, nikmat, harta, dan apa-apa yang ia inginkan. Itu satu bukti kecil bahwa Allah cinta hamba-Nya apa adanya. Jika Allah tidak cinta maka mereka akan hancur seketika. Allah berpuasa karena cinta itu, meski manusia lupa untuk memuasai cinta-Nya.

=@=