Sebuah
pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu juga, ada perpisahan pasti ada
pertemuan. Kedua konsep tadi selalu saja berputar. Meski nanti perpisahan atau
pertemuan setiap pasangan akan berbeda, tergantung bagaimana mereka
mempertahankannya. Beberapa diantara mereka ada yang berpisah karena ajal, ada
yang karena perceraian. Beruntunglah mereka yang abadi dunia hingga akhirat.
Aku
ingat dulu bagaimana aku bertemu dengan pacarku ketika mondok. Waktu itu, aku
iseng membuat sebuah puisi lumayan panjang, entah judulnya apa aku lupa. Aku
tulis di atas sobekan kertas. Aku lipat tidak terlalu rapi. Kemudian aku tarung
di bawah meja. Aku tata kertas itu senatural mungkin supaya tidak terlihat
kalau ini adalah rekayasa.
Setelah
kurasa cukup alami kertas itu terlihat seperti benar-benar dibuang, aku keluar
kelas menuju pondok. Sebentar lagi kelas putri akan masuk.
Waktu
sekolah antara putra dan putri di pondok YPRU dipisah. Jadi, kemungkinan besar
mustahil untuk mengobrol dengan santri putri. Kalau ngecengin dari lantai empat
pondok putra sih, kami – para santri putra, selalu tepat waktu. Termasuk ini
yang nulis. Bahkan aku pernah lihat ada yang menggunakan teropong pembesar
untuk melihat sang bidadarinya.
Karena
dipisah dan tidak bisa bertemu, maka solusinya adalah dengan saling mengirim
dan membalas surat. Ketika sang pangeran gudek lagi kangen sama sang putri
gudek, mereka akan menuliskan kata hati mereka di secarik kertas kemudian
digambar sesuai kreasi mereka. Biasanya mereka yang tidak bisa menggambar akan
meminta bantuan kepada temannya untuk menghias suratnya.
@@@
Gerbang
pondok sudah terbuka sebelum jam tujuh. Santri-santri nongkrong terlebih dahulu
di warung favorit mereka, menikmati makan pagi sebelum otak mereka dipaksa
mempelajari kitab kuning dan illmu-ilmu lain.
Aku
menikmati sarapan dengan pikiran sepucuk surat balasan terselip di bangkuku.
Aku senang banget pasti bisa kenalan dengan santri YPRU. Karena konon santri
sini itu cantik-cantik. Mbbrrrrrr,,, pokoknya.
Benar
saja, aku menemukan lipatan kertas terselip di celah mejaku bagian bawah. Aku tarik
kertas itu. aku buka dengan hati-hati, takut ada yang sobek.
Assalamu’alaikum.
To the poin ea. ue yang nulis puisi yang dibuang dibawah meja
ini, ea? Jujur, puisinya bagus banget, dalem artinya dan kata-kata yang ue
rangkai indah sekali.
Oh,iya, boleh kenalan nggak? Kenalin, namaku Mia. Kamu siapa?
Asli mana?
Sekian yang bisa aku tulis. Terima kasih puisinya.
Wassalam...
Sejak
surat balasan pertama itu, aku dan dia semakin intens mengirim dan membalas
surat. Hingga kami saling jatuh hati dan memutuskan untuk menjalin hubungan
asmara. Padahal kami belum pernah ketemu langsung. Tapi rasa penasaran kami sedikit
terobati dengan beberapa foto yang kami kirim.
Dua
tahun menjalin hubungan, akhirnya hubunganku kandas dengan alasan dirinya yang
mengatakan kalau kita ini sudah tidak cocok lagi. Tidak ada badai tidak ada
hujan, bangunan yang selama dibangun roboh seketika hanya karena ada kerikil
kecil yang masuk ke dalam.
Awalnya
memang sakit. Aku bahkan terpuruk selama beberapa hari. Namun akhirnya aku
sadar untuk apa menangisi orang yang tidak sayang kepadaku.
Suatu
saat nanti akan ada pertemuan lagi untukku yang jauh lebih indah dan jauh lebih
abadi dari dunia hingga akhirat kelak. Aku yakin setelah perpisahan ini akan
ada pertemuan yang direstui Allah. Alhamdulillah, di umurku yang sudah
mendekati masa dimana aku harus duduk di pelaminan, aku belum menjumpai pertemuan itu. aku masih
mencari pasangan yang mau diajak serius ke arah sana.
Sebenarnya,
aku sedang jatuh cinta dengan seorang gadis manis. Aku berusaha keras mendekati
dia, mencoba mengambil hatinya. Dia orangnya cuek banget.
Karena
sikap cueknya itu, aku jadi ragu apakah aku harus melanjutkan perjuangan ini. Ketika
nanti sudah aku perjuaangkan setengah mati, eh, ternyata dia sudah milik orang
lain. aku tidak mau lagi merasakan sakit hati karena cinta. Itu sangat-sangat
menyakitkan! Aku ingin yang pasti saja. Aku sudah tidak butuh masa PDKT. Pendekatan
hanya untuk mereka yang tidak serius menjalani hubungan percintaan. Pendekatan hanya
bentuk alabi untuk mencari kekurangan dan tidak mau menerima kekurangan dari
pasangannya. Ketika banyak dijumpai kekurangan, maka salah satunya mengatakan “maaf,
kita sudah tidak cocok lagi. Mending kita putus saja.”
“ya
Allah, jika perempuan yang aku kejar ini adalah jodohku, maka kuatkan kakiku,
teguhkan badanku berjuang merebut hatinya.”
Hanya
doa itu yang membuatku masih merasa memiliki harapan.
@@@
0 komentar:
Posting Komentar