Manusia diciptakan Allah SWT berpasang-pasangan. Siang
berpasangan dengan malam, matahari dengan matahari, baik dan buruk, dan
laki-laki dan perempuan. “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. An-Nisa:1)
Di dalam ayat lain, Allah berfirman “Dan Kami jadikan
kami berpasang-pasangan.” (QS. An-Naba: 8) masalahnya, kalau semua
diciptakan berpasangan, lantas JOMBLO itu ciptaan siapa? Haha.. karena aku
sendiri yang belum punya pasangan diantara teman-teman sekelompokku. Sorry,
bercanda. Kita kembali ke pembahasan.
Dalam prosesnya, manusia berkembang biak, meneruskan
keturunan dan akhirnya membentuk masyarakat. Oleh karena itu, adalah tidak
benar apabila manusia memisahkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Berbicara
tentang manusia sosial, saya teringat istilah yang saya dapatkan ketika
mengikuti pelajaran IPS, bahwa manusia adalah “Zoon Politicon”, artinya manusia
adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Setiap manusia saling membutuhkan
satu sama lain. Contoh kecil, seorang bayi tidak akan bisa minum susu kecuali
dibantu sang ibu meminum susu. Bahkan meninggal pun seseorang masih membutuhkan
orang lain untuk memandikan, mengkafani, menyolati dan menguburkannya.
Selama dua bulan di lokasi KKN memberikan pelajaran yang
sangat bagus tentang bermasyarakat. Kita dibuat menyadari satu hal di atas
bahwa kita pasti membutuhkan orang lain. Program-program yang sudah
direncanakan jauh-jauh hari sebelum kita bertempat di lokasi tidak akan bisa
berjalan tanpa ada bantuan dari masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat,
membutuhkan mahasiswa untuk membantu memajukan masyarakat secara keilmuan dan
sarana prasarana.
Selain itu, Kuliah Kerja Nyata memberikan ruang kepada
mahasiswa dan masyarakat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Saya pikir,
membentuk masyarakat yang baik dibutuhkan kesadaran pada syarat membangun
masyarakat baik. Pertama, kita semua adalah sama. Tidak ada yang lebih
baik dari pada yang lain kecuali karena ketaqwaan – hal positif bermanfaat yang
dilakukan. Tidak memandang apakah dia orang tua atau remaja. Tolok ukurnya
adalah ketaqwaan tadi yang diimplementasikan kepada sesama. Artinya segala
aktifitas manusia dicurahkan memberikan yang terbaik untuk sesama dan menjaga
mereka dari perbuatan buruk kita.
Tidaklah mudah membangung masyarakat yang baik dalam kasih
sayang, persaudaraan. Tidak mudah. Meskipun sebenarnya sepele tapi susah sekali
untuk dipraktikkan. Syarat yang harus dipenuhi untuk membangung hubungan yang
baik dengan masyarakat adalah menyingkirkan “ego”.
Selama manusia masih mendambakan ego, yakni aku yang lebih
berkuasa, aku yang lebih pantas melakukan itu dari pada kamu, maka jangan harap
satu kegiatan sosial pun bisa berjalan dengan baik. Sekedar mengobrol pun akan
menjadi sesuatu yang mustahil. Yang sering menghiasi nafas dan detak kehidupan
bermasyarakat hanya emosi yang berujung pertengkaran, dengki, dan membenci.
Oleh karena itu, kita harus ingat kembali bahwa tidak ada
yang istimewa di dunia ini menurut Allah kecuali karena ketaqwaannya yang
diimplementasikan secara vertikal dan horizontal; hubungan dengan Allah dan
hubungan dengan manusia.
۞
MENGENAL MASYARAKAT
Hidup bermasyarakat tidaklah mudah, maka kita harus mengenal
bagaimana masyarakat di sekitar kita. Dengan mengenal masyarakat kita bisa
memaklumi karakter-karakter yang ada di dalam sana. Maka benar jika sikap
saling mengenal, saling mengerti, saling memahami adalah tujuan diciptakannya
perbedaan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs.
al-Hujurat: 13)
Mengenal masyarakat sekitar dapat meminimalisir perbedaan
yang memicu konflik. Tujuan diciptakan perbedaan adalah untuk saling mengenal
bukan untuk mengenal. Artinya kedua belah pihak atau semua pihak harus terlibat
untuk mengenal satu sama lain. Ketika ada suatu masalah, maka semua pihak harus
menyelesaikan dengan bermusyawarah, mencari akar masalahnya dan
penyelesaiannya. Jika hanya satu pihak yang ingin menyelesaikan masalah dengan
baik-baik, namun yang lain kokoh dengan ego maka yang terjadi masalah itu malah
tambah runyam dan pelik.
0 komentar:
Posting Komentar