Hallo, bagaimana kabar kalian hari ini? Apakah
kalian hari ini bebas melakukan apa yang seharusnya kalian lakukan? Apa kalian
terbentur dengan sistem yang menghambat berlakunya hukum sunnatullah
dalam level peran hidupmu saat ini? Jika kalian masih bisa melakukan apa yang
seharusnya dilakukan, maka bersyukurlah. Jikalau tidak, ya, bersabarlah.
Kesempatan dan kelegaan itu adalah anugrah yang
harus disyukuri dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebelum datang yang namanya
kessempitan. Ketika kesempitan menghampirimu di persimpangan jalan nanti, maka
hanya menyesal yang bisa kau lakukan. Kesempatan datang satu kali. Namun ketika
kalian tidak bisa melakukan apa tugasmu saat ini maka bersabarlah. Sabar di
sini bukan berarti kita diam diri menerima saja perbudakan sistem. Sabar adalah
proses menuju kemenangan diri lewat bertindak, berdoa, bertindak dan berpikir.
Tidak semua orang mempunya kelegaan itu, kawan.
Aku seumpama. Aku adalah manusia terisolasi dari peran yang sesungguhnya. Aku
harus belajar tanpa bekerja. Sementara di usiaku yang sekarang aku – secara
wajarnya- harus bekerja, membantu orang tua, meringankan beban mereka. Tapi
karena sistem dan pola pemikiran yang menurutku lebih kearah “Penjelmaan
dirinya sebagai Tuhan yang menentukan barokah dan kesuksesan orang”, aku harus
berdiam diri di dalam bangunan yang ssangat berbeda dengan bangunan sebelum
ini.
Aku tidak boleh bekerja. Katanya, membahagiakan
orang tua itu bukan dengan memberi mereka uang. Bukan! (dengan nada berapi-api
dirinnya mengatakan itu). prestasilah yang bisa membahagiakan kedua orang tua
di rumah. Okey, katakanlah, pada tahap ini aku setuju – sekilas. Namun, kalau
dipikir-pikir lagi, apa iya orang tua akan bahagia hanya dengan mendengar
prestasi anaknya sementara dia harus susah payah mencari pundi-pundi kehidupan
dan biaya anaknya kuliah? Belum lagi kalau mereka sudah tua renta. Kebahagiaan
apa itu? tega kah anaknya melihat itu? sadari itu!
Sudahlah. kita – terutama yang menjadi orang tua -
tidak usah berpura-pura lagi. Ada beban berat ketika kita sudah tua dan masih
harus bekerja. Namun, karena alasan prestasi akademik anaknya, lantas kita
mengatakan “Oh, tidak apa-apa, nak. Yang penting kamu bisa berprestasi.” Hah,
mendengar kata-kata itu saja menunjukkan hati mereka menjerit kencang.
Waktu kecil dulu, belajar dan belajar tanpa
memikirkan bagaimana mencari uang, itu wajar. Tapi sekarang ini kita sudah gede
lho. Rasanya akan ada hal yang gersang dalam proses thalabul ilmi
kalian kalau tidak disambil bekerja. Manfaat yang didapat dan diberikan tentu
akan lebih besar mereka yang bisa belajar sambil bekerja. Benar tidak? Tengok
kata hati nurani kalian.
Tampaknya, beliau yang “menjadi tuhan” tadi lupa
akan sisi ini. Beliau terjebak di dalam gengsi “Aku adalah pengasuh di sini”,
dan karena rasa tidak percaya kepada orang lain dia mengubur kewajiban seorang
anak kepada orang tuanya! Anak itu memang goblok. Dia tidak mengikuti perlombaan.
Dia asik dengan kesibukan menghasilkan karya, buku, artikel, mengisi pengajian.
Sebab dia sadar bahwa sekarang bukan saatnya menampakkan kepinteran atas orang
lain. Tapi, seberapa manfaat dirinya bagi orang tuanya.
0 komentar:
Posting Komentar