ANTARA AKU DAN SEMUT HITAM
Oleh: Must Hiday
“Saya yakin bahwa semua usaha yang kita
lakukan pasti akan menghasilkan kesuksesan”. Prinsip itu yang saya pegangi
kuat-kuat untuk memotivasi diri terus mengembangkan potensi diri. Karena Allah
SWT adalah Tuhan yang MahaAdil. Allah SWT tidak akan mendholimi hamba-Nya. Akan
tetapi terkadang ada usaha yang tidak membuahkan hasil. Lantas apa karena Allah
SWT mendholimi kita? Jawabannya tentu tidak! Mungkin usaha kita yang belum
maksimal sehingga untuk mencapai cita-cita kita sudah kehabisan bensin. Ya ibaratnya
seperti ketika kita mau bepergian ke suatu tempat. Nah untuk mencapai tujuan
tersebut, kita memerlukan bensin dua liter. Tetapi, kita malah mengisi tanki
motor hanya satu liter. Janji mau kiamat juga tidak akan sampai kalau gitu. Hahaha
Itu yang aku alami saat ini. Aku masih proses.
Masih setengah jalan. Dan masalah terus saja datang bertubi-tubi, ingin
melenyapkan aku dari peredaran orang yang ingin sukses. Saya anggap masalah itu
hal yang wajar. sebelum menikmati indahnya keberhasilan, kita harus menikmati
dulu getirnya proses. “Bukankah nikmatnya berbuka puasa, hanya bisa dinikmati
oleh yang berpuasa?”
Jujur saja. Aku bingung sebenarnya – entah karena
memang ada banyak hal yang bisa aku lakukan, apa emang karena aku tidak bisa
apa-apa. Pada satu sisi, aku ingin mengembangkan bisnis lukisanku yang sudah
berjalan sekitar dua tahun. Namun, sampai sekarang aku belum pernah ngerti
berapa keuntungan bisnis ini. Apa aku boros apa tidak, yang jelas uangnya
selalu habis untuk makan. Menurutku, alasannya adalah karena hasil bisnis
lukisan tidak banyak.
Kalau melihat orang lain – sama-sama melukis,
mereka lebih kaya karena mereka berani pasang harga tinggi. Sah-sah saja mereka
seperti itu, wong skill-nya juga sudah “Pro”. Hla aku mau pasang harga
tinggi juga? Hellooooo. Tidak berani lah ya. Aku bisa apa dan tahu apa tentang
lukisan. Aku saja baru lahir kemaren ke dunia lukis, kok mau langsung lari. Jatuh
tersungkur malahan. Dan pelanggan-ku pada lari.
Sedangkan di sisi lain, aku ingin menjadi
penulis-penerjemah. Nah, kalau yang satu ini, aku menaruh harapan besar. Aku bisa
memanfaatkan kemampuan menulisku yang “beginner” ini untuk membuat cerpen atau
sekedar tulisan “unfaedah”. Bagus tidak tulisanku, sebenarnya aku tidak peduli.
Aku merasa senang saja ketika menuangkan pikiran-pikiran cabulku ke dalam Microsoft
Word. Bukan cabul beneran lho. Maksutku aku merasa bebas saja saat tanganku
mengetik kata perkata dari kepalaku yang tidak jelas dan aneh. Bahkan dulu,
pernah ada yang tanya: “Ini tulisan jenis apa to?” bukan menjawab, malah
diam. Aku juga bingung itu tulisan apa; cerpen bukan, diari juga bukan, apalagi
makalah kuliah. Bukan. Dan aku tidak tahu.
Pagi-pagi ini enaknya memang minum kopi hitam
dengan asap yang masih mengepul di atasnya. “Mmmmmm, nikmat betul”, batinku
sembari meminum secangkir kopi buatan sendiri. Kupejamkan mataku untuk meresapi
bagaimana keharuman rasa kopi – tentunya juga berusaha mencari makna yang
tersembunyi dibalik adukan sendoknya.
Aku sndirian di kamar pondok. Teman-teman
sekamarku pada pergi kuliah. Maklum mereka masih semerter awal, sedangkan aku
sudah semester tua – semester tujuh. Ya tidak tua-tua amatlah ya. Aku duduk
bersandar ke lemari bajuku sambil main laptop. Seperti biasa, nulis yang
iya-iya (masak yang enggak-enggak. Ngapain coba nulis yang enggak-enggak). Sesekali
aku berhenti menulis untuk memejamkan mata, mengumpulkan ide-ide terbengkalai
menjadi satu kesatuan atau sekedar untuk menyedot WC. Eh WC? Kopi mbah. Bukan WC.
Segede itukah mulutku sampai bisa untuk sedot WC.
Aku melirik ke bawah. Ada segerombolan geng
semut sedang berjalan rapi. Mau tawuran kali ya. Oh tidak ternyata. Mereka mencari
makanan untuk menafkahi keluarga mereka. Sebagian besar mereka berhasil
mendapatkan sesuap makanan. Mereka berjalan pulang sambil menggigit – anggap saja
makanan mereka tadi. Sebab, tidak jelas
yang mereka bawa itu makanan apa baatu – hitam bulat kecil. Kemudian mataku
tertuju pada beberapa semut yang masih muter-muter dan maju-mundur-cantik
mencari rizki mereka.
Kasihan juga melihatnya.
Beberapa semut hitam tadi terus berusaha
kesana-kemari mencari makanan. Padahal kalau mereka mau berjalan lurus ke arah
timur, pasti mereka akan menemukan makanannya. Tapi sayang, mereka tidak tahu. Aku
terus mengamati beberapa semut tersebut. Lalu, karena merasa kasihan,
kudekatkan secuil makanan yang sedang dicari lebih dekat kepada mereka. Setelah
beberapa saat, akhirnya mereka menemukan makanan tadi. Alhamdulillah, aku bisa membantu
hewan yang sedang kesusahan.
Tiba-tiba mataku terbelalak sedikit. Bisa
dibilang “Semi-Mendelik”. Aku sadar akan satu hal dari fenomena semut pencari
nafkah. Apakah seperti ini Tuhan dengan segala sifat –Nya yang Penyayang,
Pemurah, Adil, ketika memandang hamba-Nya yang sedang berusaha keras
mati-matian mencari nafkah yang halal? Pikirku. Seperti ketika aku sedang
menyaksikan usaha keras semut tadi yang pantang menyerah?
Mungkin awalnya Allah SWT berdiam diri dulu
menyaksikan hamba-Nya sedang berusaha keras pantang lelah dan selalu berdoa
kepada-Nya. Allah SWT ingin mengajarkan kita bermanja meminta bantuan-Nya,
Allah SWT mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita menghadirkan orang
yang paling kita sayangi dan kita butuhkan ke dalam hati kita, kita diajarkan
dulu bagaimana seharusnya kita menjadi pemimpin tangguh, diajarkan bagaimana
seharusnya kamu meletakkan kasih dan cintamu di bawah tanggung-jawabmu. Tuhan
perduli kepada kita. Ketika Allah SWT sudah yakin bahwa kita benar-benar
membutuhkan, maka “kun fayakun”. Cita-cita kita berhasil, apa yang
dikejar akan tercapai.
Romantika Allah SWT kepada semut saja sungguh
sangat menyentuh. Aku dipilih untuk menjadi sebab jatuhnya cinta-Nya kepada
makhluk kecil tersebut. Bagaimana kalau semut itu adalah aku, siapa yang akan
menjadi sebab jatuhnya cinta Allah kepadaku sehingga aku yakin menempuh jalanku
untuk meraih kesuksesan. Toh hasilnya juga akan kita nikmati bersama
besok dengan anak-anak kita. Ihiiirrrrr.
Ah, keren banget...
Begitu lembut dan sabarnya Allah SWT menuntunku,
mendidikku, memperhatikan aku dan memotivasi aku.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar