SAHABAT.PATELOTKU - Fenomena game onlinemerambah anak muda
bahkan orang dewasa di Indonesia, termasuk Sulawesi Utara. Jenisnya pun
beragam. Ada yang gratis, ada pula yang berbayar.
Ekonom Victor Lengkong mengatakan game online menjadi salah
satu pemicu meningkatnya kemiskinan di Indonesia. "Sadar atau tidak, hal
seperti ini menggerogoti pendapatan individu, termasuk kepala keluarga,"
ujar Lengkong dikutip Manado Post (Jawa Pos Group), Sabtu
(6/1).
Dia menambahkan hal ini merupakan
makna kemiskinan yang terselubung bagi individu pekerja yang ada di Sulut.
Kondisi ini terjadi pada sebagian besar masyarakat menengah ke bawah di Sulut.
Berbeda halnya dengan keluarga yang benar-benar kurang beruntung atau hidupnya
pas-pasan tanpa dipengaruhi gadget.
"Namun mereka biaya sekolah
gratis, kesehatan juga gratis. Seandainya upah mereka per hari 100 ribu rupiah
saja namun tanpa potongan dan biaya kredit maka hidup mereka akan lebih
sejahtera dibandingkan individu keluarga berpenghasilan Rp 5 juta sampai Rp 7
juta per bulan dengan berbagai pengeluaran yang memiskinkan," jelasnya.
Sementara itu, Sosiolog Sulut Lidya
Kandowangko menambahkan fenomena game online kian marak. Bukan saja untuk anak dan
remaja tapi sampai pada orang dewasa.
"Kecanduan ini dapat berdampak
buruk bila tidak dikontrol dan mengganggu aktivitas yang produktif," kata
Lidya.
Tentunya bermain online membutuhkan dana yang
tidak sedikit untuk menyewa perangkat komputer di warnet atau membeli kuota.
Pola konsumsi masyarakat bisa saja bergeser ke arah konsumtif untuk pemenuhan
hobi yang tidak sesuai dengan pendapatan.
"Jadi jangan heran kalau ada
anak atau remaja yang lebih senang dibelikan voucher kuota internet daripada
dibelikan makanan," imbuhnya.
Pemerhati sosial ini juga
menegaskan jika biaya untuk kebutuhan pokok malah digunakan untuk membeli
kuota, maka hal itu dapat mengakibatkan kemiskinan secara tidak sadar. Sebab,
pendapatan masyarakat yang tidak dialokasikan untuk kegiatan yang produktif
namun pada kegiatan yang konsumtif.
Dia mengimbau masyarakat agar
fenomena ini mendapat perhatian serius karena dapat menurunkan kualitas kerja,
kurangnya keinginan belajar, kurangnya komunikasi dan kebersamaan keluarga.
"Juga dapat memiskinkan," pungkasnya.
baca juga:
- https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/03/araknya-game-online-menimbulkan-dampak.html
- https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/03/upaya-untuk-meningkatkan-mutu.html
- https://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2018/03/review-film-insidious-last-key.html
0 komentar:
Posting Komentar