Langkah kakiku
menyusuri sepi di pertigaan jalan manggis
Berbincang dengan
seorang teman dari ujung timur
Tapi telingaku
sudah gulung tikar di perjudian malam – kantuk
Hingga pada
akhirnya aku terangguk-angguk
Mengiyakan gerimis
hujan yang merayu
Kelalailan kilat
mencondongkan aku
Pada aroma
suara nasi goring
Namun hidungku
sudah tuli untuk menyuarakan angan
Terakhir
Aku pulang
kembali melangkahkan kaki menuju jelaga malam
Masuk merasuk
ke dalam gerbang hijau depan garasi
Membopongku
naik kepada nagwat imajinasi
Memelototi aku
sebagai zombie: otakku masih berdenyut
Tapi hatiku
mengkerut maut
Satu hal
yang aku cari disetiap langkah
Aku ingin
meresap menjadi ruhnya
Tapi aku
belum pingsan merasakan puncak nikmatnya
Sampai aku
duduk sembari berkacak pinggang
Di belakang
bersama tempat sampah – sebagai calo antara aku dan imajinasi
Mata ini
tanpa sengaja melihat sebuah cendok
Tengkurap di
atas piring dengan sedikit noda
Mempertajam
nuansa betapa malas buto ijo-nya
Seolah mengadu
kepadaku tentang tanggung jawab yang jawabannya tanggung
Bukan tentang
adab selesai makan: cendok tidak boleh dihadapkan ke atas
Kata mereka
– kakek nenek
27 Desember 2017
terima kasih sudah membacanya. semoga bermanfaat bagi para pembaca.
jangan lupa atau sungkan untuk komen. okey
baca juga ya:
0 komentar:
Posting Komentar