About


Get this widget:

Rabu, 31 Agustus 2016

sejarah shahabat Ustman r.a



Biografi Utsman bin Affan - Khalifah Rasyid yang ketiga

Utsman bin Affan, adalah sahabat Nabi Muhammad yang termasuk Khulafaur Rasyidin (khalifah rasyid) yang ke-3. beliau dijuluki dzu nurain, yang berarti pemiliki dua cahaya, Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Beliau juga dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam.

 Nasab 

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.


Sifat

Utsman bin Affan adalah sahabat nabi yang memiliki sifat yang sangat pemalu, seperti dalam hadis berikut ini:

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah
Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”


Sejarah

Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. ia masuk Islam atas ajakan
Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).  Rasulullah sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah  , Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Ikut hijrah
Pada saat seruan hijrah pertama oleh
Rasullullah   ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.


Dermawan

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.


Terpilih Menjadi khalifah ketiga

Setelah wafatnya
Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.


Peran setelah terpilih menjadi khalifah ketiga

Utsman bin Affan adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.


Wafat

Khalifah Utsman dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan
Rasullullah perihal kematian Utsman yang syahid nantinya, peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Keutamaan Utsman bin Affan
Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi

Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya

Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah

“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).

Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

Sumber:

Wikipedia

Khalifah Utsman bin Affan r.a. termasuk orang yang paling kaya, meski bukan seorang tokoh berpengaruh di kalangan Quraisy.  Ia memiliki akhlak yang baik, sehingga jika para ibu-ibu hendak mendoakan putra mereka, mereka berkata. "Semoga Zat Yang Maha Pengasih menyayangimu seperti cintanya kaum Quraisy terhadap Utsman."  Hal itu lantaran kebaikan akhlaknya dan kemudian sifat-sifatnya sehingga ia menjadi orang yang paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.

Utsman bin Affan dilahirkan enam tahun sesudah tahun gajah.  Dia pergi berhijrah tatkala berusia 47 tahun dan diangkat menjadi Khalifah ketika berusia 70 tahun.  Dia menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun.  Meninggal tatkala berusia 82 tahun, tepatnya ketika ia mati syahid pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriyyah.

Istri pertama Utsman adalah Ruqayyah, putri Nabi Muhammad SAW yang telah meninggal terlebih dahulu.  Kemudian setelah itu, ia menikahi saudarinya, yaitu Ummu Kaltsum.  Sebenarnya, kedua putri Nabi SAW itu telah dikhitbah oleh kedua putra Abu Lahab.  Namun, sesudah Nabi SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul, Abu Lahab mulai memerangi dakwah dan menyakiti Rasulullah SAW dan memerintahkan kedua putranya untuk menceraikan kedua putri Nabi SAW.  Keduanya pun menceraikannya.

Dua tahun sebelum hijrah, Utsman r.a. menikah dengan Ruqayyah binti Muhammad SAW, yang kemudian mempunyai anak yang bernama Abdullah.  Kemudian Ruqayyah meninggal pada hari kemenangan, yaitu setelah perang Badar.  Setelah itu, Utsman menikah dengan saudarinya yang bernama Ummu Kaltsum yang meninggal pada tahun sembilan Hijriyyah.

Oleh karena itu, Utsman dijuluki dengan sebutan "Pemilik Dua Cahaya", karena ia telah menikahi dua putri Nabi SAW.  Dikatakan bahwa orang Arab tidak mengenal sepasang suami istri yang saling mencintai antara keduanya sebagaimana Ruqayyah dan Utsman.

Sesudah kematian Ummu Kaltsum, Utsman menikah lagi dengan Sakhithah binti Ghazwan, Fatimah binti Walid dan Ummul Banin binti Uyainah bin Hishan.  Adapun istri terakhirnya adalah Nailah binti Al-Farafishah seorang wanita Nasrani yang kemudian masuk Islam setelah menikah dengan Utsman bin Affan.

Nenek Utsman (dari garis Ibunya) adalah saudara kembar ayah Rasulullah, Abdullah. Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Utsman bin Affan adalah lelaki yang berpostur semampai, tidak tinggi dan tidak juga pendek. Wajahnya rupawan, putih kemerahan, di wajahnya ada bintik-bintik bekas cacar, jenggotnya tebal, pundaknya lebar, tangannya panjang, penuh bulu, rambutnya keriting menutupi telinganya, disemir kuning, botak, giginya indah. Ibnu Adi meriwayatkan dari Aisyah Ia berkata: Tatkala Nabi menikahkan anaknya Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, Nabi berkata kepadanya: “Sesungguhnya suamimu adalah orang yang paling mirip dengan kakekmu Ibrahim dan ayahmu Muhammad.” Tatkala Ummu Kultsum meninggal dunia, Imam Thabrani meriwayatkan dari 'Ishmah bin Malik, Nabi saat itu berkata: “Nikahkanlah anak kalian dengan Utsman, andaikata saya memiliki putri ketiga, niscaya akan saya nikahkan putriku dengan Utsman dan tidaklah aku nikahkan kecuali karena ada wahyu dari Allah.” 


Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah tiga hari setelah disemayamkannya Umar bin Khattab. Di tahun pemerintahannya benteng-benteng pertahanan pasukan Romawi ditaklukkan. Utsman juga mengganti Al-Mughirah Gubernur Kufah, dengan Sa'ad bin Abi Waqqash. Pada tahun 25 H, Utsman mencopot Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatannya, sebagai penggantinya ia mengangkat Al Walid bin Uqbah bin Mu'ith. Dia seorang dari generasi sahabat, saudara sesusu Utsman. Pengangkatan inilah yang menjadi bencana untuknya karena dia dianggap mendahulukan kerabatnya dalam masalah jabatan.  
Diriwayatkan bahwa Al Walid pernah menjadi Imam jamaah Shalat Subuh dalam keadaan mabuk, Shalat subuh yang semestinya 2 raka'at dilaksanakannya jadi 4 raka'at, kemudian ia menoleh pada makmumnya seraya berkata: “Apakah raka'atnya harus saya tambah?".
Pada tahun 26 H, Utsman memperluas Masjidil Haram Mekkah, Ia membeli tanah penduduk untuk perluasan itu. Pada tahun 27 H, Utsman memecat 'Amr bin 'Ash dari jabatan Gubernur Mesir diganti Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarah. Gubernur baru ini pergi dengan pasukannya ke wilayah Afrika dan membuka wilayah serta pegunungan-pegunungan Afrika. Andalusia juga dibuka pada tahun ini. Pada tahun itu pula Muawiyah menyerang Cyprus, dia menyeberang laut dengan pasukannya. Sebenarnya Muawiyah pada masa Umar bin Khattab beberapa kali meminta pada Umar untuk menyerang Cyprus dengan kapal. Umar bin Khattab kemudian mengirim surat pada Amr bin 'Ash agar dia menggambarkan bagaimana sebenarnya kondisi lautan dan bagaimana mengarungi lautan itu. Amr bin Ash menulis balik kepada Umar, “Sesungguhnya saya melihat bahwa laut itu adalah mahluk yang besar yang akan diarungi oleh mahluk kecil, jika dia diam dan tenang dia akan mengguncang kalbu dan jika dia bergerak dia akan mengerikan otak, sedangkan mereka di dalam lautan laksana ulat yang ada di kayu, jika miring akan tenggelam dan jika selamat dia akan terbelah." Setelah membaca surat itu, Umar bin Khattab mengirim Surat pada Mu'awiyah "Demi Allah saya tidak akan membawa seorang muslim pun melakukan penyerangan tersebut!." Mu'awiyah menyerang Cyprus pada masa pemerintahan Utsman.

Pada tahun 29 H, Ishthahar, Fasa ditaklukkan lewat peperangan. Pada tahun ini pula Utsman meluaskan Masjid Nabawi Dia membangunnya dengan batu berukir, tiang-tiangnya terbuat dari batu, sedangkan atapnya dari jati. Pada 29 H, kota Jur dan beberapa kota lainnya di Khurasan ditaklukkan. Naisabur dibuka dengan damai, sedangkan Thus, Sarkhas, Marwu' Baihaq ditaklukkan dengan cara damai. Ketika kota-kota tersebut telah dibuka, maka banyaklah pajak yg disetorkan kepada Kekhalifahan dari berbagai penjuru. Rizki melimpah.

Pada tahun 33 H, Abdullah bin Sa'ad bin Sarah menyerang Habasyah, pada tahun 34 H orang-orang Kufah mengusir Sa'id bin Al 'Ash dan mereka menerima Abu Musa untuk menjadi Gubernur Kufah.

Pada tahun 35 H inilah Utsman terbunuh. Utsman bin Affan memangku kekhilafahan selama 12 tahun Selama 6 tahun pertama pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian padanya, sebab dia adalah sosok yang lebih disenangi oleh orang Quraisyi daripada Umar bin Khattab. Sebab Umar sangat keras dan tegas pada mereka. Tatkala Utsman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka, namun kemudian setelah itu dia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka, lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya pada enam tahun terakhir.

Utsman memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika, dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai jalinan tali silaturrahim. Utsman berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka, namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya, dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku. Orang-orang yang ada saat itu menyatakan protes.” (Riwayat ibnu Sa'ad).
Ibnu Al-Musayyib menjawab pertanyaan Ibnu Asakir perihal terjadinya tragedi terbunuhnya Utsman, “Sesungguhnya tatkala Utsman memerintah ada sebagian sahabat yang tidak suka terhadap pemerintahannya, sebab Utsman lebih condong kepada kaumnya. Ia memangku Khilafah 12 tahun yang dia angkat sebagai pejabat-pejabat pemerintahan kebanyakan berasal dari Bani Umayyah yang tdk pernah hidup bersama Rasulullah, orang-orang yang menjabat itu tidak disenangi oleh sahabat-sahabat Rasulullah. Utsman dicela oleh para sahabat akibat tindakan pengangkatan mereka, namun dia tidak memecat mereka.” 
Ketika Utsman mengangkat Abdullah bin Abi Sarah menjadi Gubernur Mesir. Orang-orang Mesir mengadukan persoalan-persoalan yang mereka hadapi dan mereka merasa teraniaya olehnya, orang-orang Mesir mengadukan tingkah buruk yang dilakukan oleh Abdullah bin Abi Sarah, Utsman kemudian menulis surat kepada Abdullah bin Abi Sarah dan dia memperingatkan dengan peringatan yang sangat keras namun Abdullah bin Abi Sarah tidak mau menerima apa yang diperingatkan oleh Utsman, dia bahkan memukul orang-orang Mesir yang diutus oleh Utsman dan membunuhnya.

Setelah itu sekitar 700 orang Mesir datang ke Madinah, mereka kemudian memasuki Masjid Nabawi dan mengadukan kepada para Sahabat tentang perlakuan jahat Abdullah bin Sarah.

Thalhah bin Ubaidillah berdiri dan mengucapkan perkataan yang sangat keras pada Utsman bin Affan. 'Aisyah kemudian mengirim surat kepada Utsman: “Sahabat Rasulullah datang kepadamu dan memintamu memecat orang itu namun kamu tidak memecatnya Padahal salah seorang diantara mereka telah dibunuh oleh pejabat yang kamu angkat, maka berlakulah adillah kamu kepada orang-orangmu!.”

Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga datang menemui Utsman dan berkata: “Sesungguhnya mereka meminta kamu untuk menggantikan orang itu dengan orang lain Dan mereka mengatakan pejabatmu telah menumpahkan darah. Maka pecatlah orang itu dan putuskanlah di antara mereka. Jika ada hal yg wajib diberlakukan kepadanya, maka berlaku adillah kepada mereka.”

Utsman kemudian berkata kepada mereka, “Pilihlah orang yang kalian sukai, dan saya akan jadikan dia sebagai pemimpin kalian, kemudian akan saya dudukkan dia sebagai pengganti Abdullah bin Abi Sarah." Orang-orang Mesir itu berkata: “Jadikanlah Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur untuk kami.”

Utsman kemudian menulis keputusan dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Kemudian Muhammad bin Abu Bakar dan orang-orangnya keluar menuju Mesir. Tatkala perjalanan telah berlangsung selama 3 hari dari Madinah tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seorang pelayan kulit hitam legam yang menunggang unta dan memukulnya dengan lecutan yang keras seakan-akan dia sedang dikejar seseorang atau mengejar seseorang. Orang-orang Muhammad bin Abu Bakar berkata, “Apa yg terjadi kepadamu, seakan-akan kamu sedang dikejar seseorang atau mengejar seseorang?”. Orang itu berkata, “saya adalah pelayan Utsman bin Affan, saya diperintahkan untuk menemui Gubernur Mesir". Salah seorang sahabat Muhammad bin Abu Bakar berkata, “Lho, bukankah Gubernur Mesir ada di sini?” Orang itu berkata, “Bukan dia yang aku maksud!”

Muhammad bin Abu Bakar diberitahu tentang kedatangan orang itu. Dia kemudian mengutus orang untuk memanggil orang tadi. Orang itu kemudian dibawa ke hadapan Muhammad bin Abu Bakar. Dia berkata, “Siapa engkau wahai pelayan?” Dia kemudian menatap Muhammad bin Abu Bakar dan berkata, “Saya adalah pelayan Amirul Mukminin.. Saya juga pelayan Marwan bin Hakam.” Kemudian orang-orang yang hadir di situ diperintahkan untuk mencari tahu siapa sebenarnya pelayan kulit hitam ini. Muhammad bin Abu Bakar kemudian bertanya lebih lanjut “dengan apa kau diutus?”, “Saya membawa sepucuk surat” jawab pelayan itu. “Apakah kau bawa surat itu sekarang?” Tanya Muhammad bin Abu Bakar. “Tidak!” Pelayan itu menjawab.

Kemudian mereka menggeledah pelayan itu, tidak diketemukan surat, hanya diketemukan sebuah kantong kulit yang telah mengering. Di dalam kantong kulit ada sesuatu yang bergerak-gerak, sahabat-sahabat Muhamad bin Abu Bakar menggoncang-goncangkannya agar isi kantong itu keluar namun tidak keluar juga, akhirnya mereka menyobek kantong kulit itu, ternyata di dalamnya ada surat yang dikirim Utsman untuk Abdullah bin Abi Sarah. Muhammad bin Abu Bakar kemudian mengumpulkan orang-orang Anshar, Muhajirin dan beberapa lainnya, lalu dia membuka surat itu di hadapan mereka yang hadir. Ternyata dalam surat itu tertulis:“Jika datang Muhammad bin Abu Bakar dan orang-orangnya maka bunuhlah mereka, dan batalkan isi surat yang dia bawa dan tetaplah kamu bertugas pada jabatanmu sekarang hingga datang perintahku penjarakan orang-orang yang datang kepadaku yang mengatakan bahwa dia dizhalimi olehmu, hingga aku perintahkan hal lain untukmu, Insya Allah.” 
Selesai membaca surat itu mereka sangat kaget. Mereka bingung dan akhirnya kembali menuju Madinah. Selesai membaca surat itu mereka sangat kaget, mereka bingung dan akhirnya kembali menuju Madinah. Muhammad bin Abu Bakar kemudian menandai surat itu dengan tanda tangannya dan juga beberapa orang yang hadir di situ. Lalu mereka datang ke Madinah.

Mereka mengumpulkan Thalhah, Zubair, Sa'ad, Ali dan beberapa sahabat Rasulullah yang lain, mereka membuka surat itu serta mengabarkan tentang kisah pelayan kulit hitam itu. Mereka membacakan kepada yg hadir isi surat tersebut isi surat itu menjadikan tak ada seorang pun dari penduduk Madinah yang tidak membenci Utsman bin Affan.

Peristiwa ini juga menambah kemarahan orang-orang (bani) yang mendukung Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari dan Ammar bin Yasir (Karena sebelumnya pernah terjadi percekcokan antara Utsman dan Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari dan Ammar bin Yasir.) Sahabat-sahabat Rasulullah itu kemudian kembali ke rumahnya masing-masing dengan perasaan jengkel.

Masih pada tahun 35 H, kejengkelan membuncah, orang-orang akhirnya melakukan pengepungan kediaman Khalifah Utsman bin Affan. Tatkala melihat peristiwa genting ini, Ali mengutus seseorang untuk menemui Thalhah, Zubair, Sa'ad, Ammar dan beberapa sahabat ahli badar, Ali kemudian mendatangi Utsman bersama surat dan pelayan kulit hitam itu. Ali berkata, “Apakah pelayan ini adalah pelayanmu?”

Utsman menjawab, “Ya!”

“Lalu apakah unta ini untamu?” Lanjut Ali.

“Ya!”, Jawab Utsman.

“Apakah engkau yang menulis surat ini?” Tanya Ali.

“Tidak!” Jawab Utsman, dia bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak menulis surat itu, tidak pula pernah menyuruh siapa pun untuk menulis surat itu dan dia sama sekali tidak tahu menahu tentang surat dan isi surat tadi.

Ali kemudian berkata, “Apakah ini stempelmu?”

Utsman menjawab, “Ya!”

Ali berkata, “Lalu bagaimana mungkin pelayanmu keluar dengan untamu dan dengan surat yang ada stempelmu, namun kamu tidak mengetahuinya?.”

Utsman bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak pernah menulis surat itu, tidak pula pernah memerintahkan seorangpun untuk menuliskannya, “Saya tidak pernah memerintahkan pelayan ini untuk menuju ke Mesir”. Kata Utsman.

Orang-orang mengenal bahwa tulisan yang ada di surat itu adalah tulisan Marwan. Lalu orang-orang meminta Utsman menyerahkan Marwan, namun Utsman menolak. Utsman khawatir Marwan akan dibunuh. Lalu sahabat-sahabat Muhammad bin Abu Bakar keluar dari ruangan dengan kemarahan memuncak. Para pengikut Muhammad bin Abu Bakar mengepung rumah Utsman. Mereka tidak memberi air minum kepada Utsman.


Dalam keadaan terkepung, Utsman yang saat itu berusia antara 80-90 tahun melihat orang-orang yang mengepung itu sambil berkata “Adakah Ali bin Abi Thalib di antara kalian?” 

Mereka berkata, “Tidak ada!”

“Adakah Sa'ad di antara kalian?” Kata Utsman. 

“Tidak ada!” Jawab mereka.

Dia berkata, “Tidakkah ada di antara kalian yang menyampaikan pesanku kepada Ali agar dia memberiku air?”.

Lalu mereka menyampaikan pesan itu pada Ali. Kemudian Ali mengirimkan kepadanya 3 gentong yang penuh air. Hampir saja air itu tidak sampai kepadanya karena massa yang mengepung. Bahkan pelayan yang diutus mengantar air 3 gentong sampai terluka. Kabar sampai kepada Ali bahwa massa itu ingin membunuh Utsman. Ali bin Abi Thalib lalu berkata kepada kedua putranya Al Hasan dan Al Husein; “Pergilah kalian dengan pedang kalian hingga kalian berdua berdiri di depan pintu Utsman dan jangan biarkan satu orang pun untuk menyentuhnya.” 
 Zubair, Thalhah dan beberapa sahabat Nabi juga mengutus anak-anaknya untuk mencegah massa itu masuk ke dalam rumah Utsman, serta meminta agar Marwan diserahkan pada mereka. Tatkala melihat hal tersebut, massa melempari pintu rumah Utsman dengan anak panah hingga membuat Al Hasan bersimbah darah, Ibnu Thalhah terkena 1 anak panah, Qanbar mantan pembantu Ali, dan juga Marwan yang ada di dalam rumah. Peristiwa terlukanya Al Hasan membuat Muhammad bin Abu Bakar ketakutan akan kemarahan Bani Hasyim. Lalu Muhammad bin Abu Bakar mengapit tangan 2 orang dan berkata: “Jika Bani Hasyim datang dan melihat darah mengalir pada wajah Al Hasan, orang tidak akan memperhatikan lagi masalah Utsman maka gagallah apa yang kita inginkan, oleh karena itulah pergi kalian bersama kami, kita panjat pagar, kita bunuh Utsman tanpa ada seorangpun yang tahu.” 
Mereka kemudian memanjat pagar rumah Utsman lewat bangunan milik tetangga, menyelinap hingga akhirnya mereka bisa masuk ke ruangan rumah. Muhammad bin Abu Bakar berkata kepada kedua orang temannya, “Tinggallah kalian di tempat, sebab dia berada bersama Istrinya, saya yang akan masuk duluan. Jika saya telah masuk dan telah meringkusnya, maka masuklah kalian, lalu pukullah dia hingga mati.” Muhammad bin Abu Bakar masuk, lalu dia memegang jenggot Utsman. Utsman berkata, “Demi Allah, andaikata ayahmu melihat, niscaya dia sangat tidak senang dengan sikap yang kamu lakukan ini" mendengar ucapan ini Muhammad bin Abu Bakar menarik tangannya. Setelah itu tiba-tiba masuk dua orang tadi dan menghabisi Utsman, mereka melarikan diri melalui tempat di mana mereka masuk. Istri Utsman histeris, namun teriakannya tidak kedengeran karena di dalam rumahnya terjadi kegaduhan, Istri Utsman naik ke atas rumah menemui orang-orang yang di sana. Dia berkata. “Amirul Mukminin telah dibunuh.” Orang-orang yang ada di tempat itu segera masuk, dan ternyata mereka mendapati Utsman telah tewas disembelih. Kabar terbunuhnya Utsman itu sampai kepada Ali, Thalhah, Zubair serta Sa'ad yang saat itu ada di Madinah, mereka segera keluar seakan tidak percaya terhadap peristiwa tragis yang menimpa Utsman, mereka dapatkan Utsman dibunuh dengan sadis, mereka mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Ali berkata kepada kedua anaknya Al Hasan dan Al Husein, “Bagaimana mungkin Amirul Mukminin bisa terbunuh padahal kalian berdua sedang berada di depan pintu?” 
Dia mengangkat tangannya dan menampar Al Hasan dan dada Al Husein, Ali juga memarahi Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Ali keluar dari tempat itu hingga sampai di rumahnya, orang-orang mengejarnya dari belakang dan berkata: “Kami akan nyatakan bahwa kami membaiatmu. Maka ulurkan tanganmu, sebab wajib bagi kita untuk mempunyai seorang pemimpin.” Ali berkata, “Urusan ini bukanlah hak kalian, ini hak orang-orang Ahli Badar, barangsiapa yang diridhai oleh Ahli Badar sebagai Khalifah, dia akan menjadi Khalifah.” 
Sejak Utsman terbunuh, tidak ada seorangpun yang tidak datang kepada Ali untuk memintanya menjadi Khalifah. Mereka berkata kepada Ali, “kami tidak melihat seorangpun yang lebih berhak untuk menjadi khalifah daripada engkau". Mereka membai'at Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Marwan dan anaknya melarikan diri. Kemudian Ali mendatangi istri Utsman dan berkata kepadanya, “Siapa yang membunuh Utsman?” Istri Utsman berkata: “Saya tidak tahu, ada 2 oraang yang masuk yang saya tidak ketahui siapa dia. Bersama 2 orang itu masuk Muhammad bin Abu Bakar." 
Dia mengabarkan kepada Ali apa yang diperbuat Muhammad bin Abu Bakar. Kemudian Ali memanggil Muhammad bin Abu Bakar. Ali menanyakan kepadanya tentang apa yang diceritakan oleh Istri Utsman. Muhammad bin Abu Bakar berkata: “Dia tidak bohong. Demi Allah saya masuk ke dalam kamarnya dan saya bermaksud untuk membunuhnya, namun dia (Utsman) mengingatkanku dengan Ayahku. Maka saya berdiri dan saya bertobat kepada Allah, Demi Allah, saya tidak membunuhnya dan tidak pula saya menyentuhnya.” Istri Utsman berkata, “Dia benar, namun dialah yang memasukkan dua orang itu ke dalam rumah.” 
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah mantan budak Shafiyah serta yang lain. Mereka berkata: “Seorang penduduk Mesir dengan warna kulit sawo matang, yang disebut dengan Himar, telah membunuh Utsman.” Pembunuhan Utsman terjadi pada hari Tasyriq pada tahun 35 Hijriyah. Disebutkan bahwa dia dibunuh pada hari Jumat, tgl 18 Dzulhijjah, dia dikuburkan pada malam Sabtu, antara Maghrib dan Isya' di pemakaman Baqi'. 
Imam Ahmad meriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah bahwa dia datang menemui Utsman yang saat itu sedang dikepung. Dia berkata: “Sesungguhnya engkau adalah pemimpin kaum muslimin. Sedangkan kau melihat apa yang kini terjadi kepada dirimu. Saya mengajukan 3 solusi, Pertama, kau keluar menemui mereka dan kau perangi mereka, karena engkau memiliki banyak pengikut dan mempunyai kekuatan, engkau benar sedangkan mereka berada di jalan yang salah. Atau, kedua akan kami bukakan pintu jalan keluar lalu naiklah kendaraan ke Mekkah. Atau ketiga, kamu pergi ke Syam dan di sana ada Mu'awiyah.” Utsman berkata, “Adapun jika saya keluar dan memerangi mereka, maka saya akan menjadi orang pertama kali mengingkari apa yang diucapkan Rasulullah dengan jalan menumpahkan darah. Adapun jika saya melarikan diri ke Makkah, maka sesungguhnya saya mendengar Rasulullah pernah berdabda, jika ada seorang Quraisy yang mulhid (ingkar kepada Allah) di Makkah, maka kepadanya akan ditimpakan separuh siksaan dunia.” Sedangkan jika saya ke Syam, maka ketahuilah bahwa saya tidak akan pernah meninggalkan tempat saya hijrah dan tempat Rasulullah menetap sekarang.”
 Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Tsaur Al-Fahmi dia berkata: Saya masuk menemui Utsman--saat itu dia dikepung-- Utsman saat itu berkata: “Saya memiliki keutamaan di sisi Tuhanku dengan sepuluh perkara: saya adalah orang keempat --dari kalangan laki-laki-- yang masuk Islam, saya telah mempersiapkan bekal pasukan yang sedang mengalami kesulitan (Jasy Al-'Usrah). Rasulullah telah menikahkanku dengan putrinya, ketika yang pertama meninggal dia menikahkanku dengan putrinya yang lain, saya tidak pernah menyanyikan lagu-lagu, saya tidak pernah mengangankan sesuatu, saya tidak pernah memegang kemaluanku dengan tangan kananku sejak jadi pengikut Rasulullah dan tidaklah hari jum'at datang kecuali saya bebaskan seorang budak, jika berhalangan saya bebaskan budak hari keesokannya. Saya tidak pernah melakukan perzinahaan di zaman Jahiliyah ataupun di masa Islam, tidak pernah mencuri di masa jahiliyah atau pun masa Islam. Saya telah menghimpun Al Qur'an sesuai janjiku kepada Rasulullah SAW." 
Al Askari berkata dalam kitabnya Al-Awail: Utsman adalah orang yang pertama kali memberi tanah kepada siapa yang berhak menerimanya. Dia yang pertama kali menjadikan binatang mendapat perlindungan di ladang-ladang. Dia orang yang pertama kali memerintahkan Muadzdzin untuk mengumandangkan adzan 2 kali pada hari Jum'at, sekaligus memberi honor kepada Muadzdzin. Dia adalah orang yang pertama kali mendahulukan khutbah hari raya daripada Shalat. Dia adalah orang yang pertama kali menjabat Khilafah saat ibunya masih hidup.

selamat membaca!!!

0 komentar:

Posting Komentar