"tak ada yang agung di dunia ini selain manusia. Tak ada yang agung dalam diri
manusia selain pikirannya”
_Sir William Hamilton_
Otak merupakan salah satu organ tubuh yang penting dalam
tubuh manusia. Otak mrupakan menejer dalam tubuh manusia, karena segala
aktivitas manusia diatur oleh otak. Manusia bisa bergerak, bisa bernafas dengan
paru-parunya, bisa mencium dengan hidung, bisa merasa dengan lidah, bisa meraba
dengan kulitnya. Semua itu bisa berfungsi karena otaknya berfungsi. Ketika otak mengalami gangguan maka anggota
tubuh juga akan mengalami gangguan fungsinya. Oleh karena itu, otak merupakan Hardware
pusat dalam perangkat tubuh manusia.
Otak sebagai CPU bagi manusia, tempat penyimpanan semua
informasi yang diterima oleh si manusianya. Dalam otak manusia terdapat memori
atau ingatan. Memori adalah suatu proses yang meliputi perekaman, penyimpanan,
pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori juga merupakan suatu proses
kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yaitu penyimpanan, retensi dan
pengumpulan informasi.
Kemampuan memori berkaitan erat dengan
kecerdasan manusia. Semakin kuat daya ingat seseorang maka semakin baik pula
kecerdasannya. Namun demikian, dalam proses berfikir manusia terdapat hal yang
disebut lupa. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi yang ada dalam sistem memori seseorang. Dengan kata sederhana, lupa
disebabkan karena kurang rapinya informasi tersimpan didalam otak manusia. Oleh
karena itu, kita hendaknya tahu bagaimana cara mengatasi lupa tersebut.
Diskusi merupakan salah satu setrategi untuk mengatur
informasi dalam “peti” dengan rapi. Sehingga ketika informasi itu dibutuhkan
lagi, akan lebih mudah mengambilnya. Tidak “pikun” dimana sebuah data disimpan.
Orang belajar ibarat anak kecil memasukkan mainannya ke dalam kotak mainan.
Ketika mainannya ditata dengan rapi dan tersetruktur, maka anak kecil tersebut
akan lebih mudah mencari mainannya dilain hari. Tidak perlu harus menangis dan
membanting segala yang ada disekitarnya. Orang yang belajar pun seperti itu.
Artinya, dalam menyerap informasi yang dia dapat, yang dia pelajari, dia harus
bisa menyimpan input-input tersebut dengan rapi di dalam otaknya. Karena dengan
begitu dia akan sangat mudah untuk mengingatnya kembali suatu saat ketika
informasi tersebut diperlukan.
Diskusi juga merupakan salah satu metode meminimalisir
terjadinya lupa. Memang lupa merupakan hal yang manusiawi. Namun apakah kita
pasrah dengan hal tersebut? Dalam artian meskipun manusia adalah tempatnya
lupa, lantas kita tidak berusaha untuk meminimalisir hal tersebut. Padahal kita
sebagai manusia juga dituntut terus belajar untuk menghadapi masanya, menghadapi dan
memecahkan permasalahan zamannya dan tentunya belajar untuk lebih baik dan
untuk lebih mengetahui Rabnya. Bayangakan saja, kalau seanddainya manusia
pasrah dengan sifat pelupanya, hal tersebut mustahil terwujud. Jangka ingatan
manusia rata sekitar 15 menit. Ketika manusia belajar lalu lupa apa yang sudah
ia pelajari, namun dia tidak mau muaraja’ah apa yang dia pelajari tadi,
maka percuma saja dia belajar dan hasilnya “nothing”. What i see and
discuss, i will remember and understand. Maka dari itu, diskusi merupakan
sesuatu yang urgen yang harus dilakukan oleh pelajar atau santri.
Dari pemaparan tersebut, maka penulis akan membahas
secara singkat dan to the point tentang budaya diskusi yang ada di pondok al-Ashfa.
Apakah hal tersebut ada program studinya atau belum? Jika sudah, apakah program
tersebut sudah diaplikasikan di setiap subjek yang sudah ditetapkan?
Seperti yang kita ketahui, kegiatan pondok al-Ashfa
sangat kompleks dari menghafalkan al-quran,
pelatihan rebana, shalat berjama’ah, diskusi kajian politik, filsafat,
pengajian usul fikih, diskusi rutinan tentang sejarah nabi Muhammad saw. Dan
pembelajaran Umrithi. Semua bagus dan sangat mendukung dalam
memaksimalkan kualitas diri sebagai santri modern. Namun, saya dalam artikel
ini akan lebih meruncingkan pembahasan kita, yakni tentang budaya diskusinya.
Dari pengamatan bahkan yang dirasakan penulis, kegiatan
diskusi di pondok al-Ashfa sudah bagus dan itu cukup berjalan lancar. Banyak
sekali pertanyaan-pertanyaan keritis keluar dari pembahasan-pembahasan
tersebut. Artinya, dengan adanya kegiatan tersebut, santri terangsang untuk
memunculkan gagasan-gagasannya, bahkan ada beberapa santri yang bersikap
skeptis dengan tema yang dibahas. Dari
kegiatan tersebut, santri juga semakin paham dengan apa yang dia pelajari.
Mereka saling share informasi, yang belum tahu jadi tahu, yang sudah tahu semakin tahu dan semakin
melekat di dalam memori mereka.
Lantas ada sesuatu yang mengganjal di perasaan penulis.
Jujur, penulis masih merasa kurang dengan
kegiatan diskusi yang hanya dioptimalkan dalam masalah-masalah yang
sudah disebutkan tadi. Sedangkan dalam kajian literatur arab, seperti kutub
al-thurast, kurang dimaksimalkan. Toh, sudah ada pengajian ilmu nahwu ‘imrithi
sebagai modal untuk berdiskusi masalah kitab-kitab klasik ala pesantren.
Karena mengingat status kita sebagai santri yang mahasiswa, yang tentunya harus
menjaga dan meningkatkan kemampuan membaca dan memahami referensi-referensi
kitab kuning. Disisi lain, membuat santri semakin paham tentang ilmu nahwu, di
sisi lain juga menambah wawasan keilmuan islam santri.
Oleh karena itu, mari kita adakan kegiatan diskusi
kitab-kitab kuning, entah itu dari segi nahwunya, artinya, ataupun maknanya.
Dan tentunya kita harus mengistiqamahkannya. Mengingat hal tersebut_penguasaan
kitab-kitab kuning_ adalah salah satu bukti eksistensi santri disamping akhlak
mulia. Bahkan yang terjadi dalam kehidupan sosial, santri itu identik dengan
penguasaan kitab-kitab klasik. Bukan santri jika belum bisa baca kitab kuning
dan ilmu nahwu sharafnya. Harapan akhir, santri al-Ashfa bisa menjadi santri
modern yang multitalent dan luwes. ilmu dunia bisa, ilmu akhiratnya “top
markotop”. Kalau bisa seperti itu,
masyarakat akan jatuh cinta kepada kita.
المال يأتي من وراء العلم"“ لقوله
صلى الله عليه وسلم
Oleh: Muhammad NurHamid H
0 komentar:
Posting Komentar