BELAJAR
UNTUK SADAR “BODOH”
Belajar untuk menjadi “bodoh”, kalimat itu yang akhir-akhir ini aku
renungkan. Benarkah demikian? Aku meragukan kata-kata isapan jempolku itu.
Sekilas memang konotasinya adalah belajar untuk menjadi bodoh, tidak mengerti
apa-apa, menyerah pada kemandekan nalar. Kata-kata tersebut pun pernah aku
diskusikan dengan temenku – dia sangat suka kalau diajak berdiskusi tentang
keilmuaan. Dan katanya pun begitu, bodoh berarti tidak tahu apa-apa. Padahal
belajar ya untuk menjadi pintar. Semua orang pun tahu bahwa tujuan dari belajar
adalah menghilangkan kebodohan.
Namun sebetulnya maksutnya bukan seperti itu. Bagiku dalam
mengartikan segala teks tidak dengan secara lughawy, aku lebih suka
menafsirkannya secara majaz. Namun tetap
pada maksut kandungan. Jadi sebenarnya yang aku maksut adalah kita belajar
untuk menyadari bahwa kita ternyata tidak tahu apa-apa, ternyata ilmu yang kita
tekuni masih jauh dan masih banyak yang tidak kita tahu. Di atas langit ada
langit lagi.
Umpamanya, basik kita adalah mengerrti tentang keilmuan agama,
sedangkan kita ingin menyaampaikan ilmu kita kepada orang lain agar mereka
mengerti dan paham. Namun ketika kita hendak mengajarkannya kita mendapatkan
kesusahan dalam bagaimana cara menyampaikannya dengan membuat orang lain suka
dengan keterangan kita. Eh, ternyata ada ilmu baru yang tidak kita mengerti,
yaitu ilmu tentang metode pembelajaran. Contoh lain, orang yang ahli dalam
bidang biologi, kimia, atau seorang astronot. Dengan keilmuan yang ia miliki,
tentunya dia akan semakin sadar ternyata dunia ini, tubuh kita, zat-zat kimia
yang ada di alam ini sangat banyak dan bermacam-macam, ternyata ada hal-hal
yang tidak bisa diobservasi. Sehingga dia akan terus belajar. Dan ketika sudah
menguasi ilmu yang sebelumnya belum dimengerti, dia semakin sadar lagi ternyata
ada ilmu lagi yang belum dia ketahui. Terus seperti itu.
Sehingga semakin dia pintar, ahli, dia tidak semakin sombong denganilmunya. Dia akan merendahkan hatinya, dia akan merasa sangat kecil di depan alam,
kemudian dia sadar betapa agungnya yang menciptakan dunia seisinya ini, Allah.
Dia juga tidak akan puas dan berhenti pada ilmu yang ada_yang sebetulnya tidak
ada apa-apany. Dia akan merasa malu untuk menyombongkan diri.
Ilmu yang bermanfaat dan mulia adalah
ilmu yang bisa mengantarkan pada ketakwaan kepada Allah. Semakin cinta kepada
Allah dan ilmunya Allah, mejauhi segala larangan Allah.[1]
Sehingga derajatnya akan diangkat Allah lebih tinggi dari yang tidak mempunyai
ilmu atau mempunyai ilmu tetapi malah tambah sombong dengan ilmunya. Sebab,
Allah mengangkat derajat orang tidak sembarangan. Allah maha selektif dalam
memilih. Makanya dalam diri orang-orang yang Allah pilih terdapat uswah.
Lantas bagaimana orang yang tidak bertakwa – karena ilmunya tidak bermanfaat –
bisa terdapat uswah. Orang yang diangkat derajatnya itu dikarenakan
sesuainya antara ilmu dengan perbuatannya dan perbuatan dengan ilmunya. Itulah
orang ‘alimun.
Terkait
masalah ini saya jadi teringat dengan kata-kata Rudy_nama BJ. Habibie ketika
kecil. Ketika Rudy berhasil dalam kariernya di jerman. Dia ditanya kenapa kok
dia bisa naik jabatan begitu cepat. “Saya bekerja dengan giat dan tekun bukan
karena alasan jabatan, saya bisa begitu asik dengan pekerjaan saya karena saya
ingin mendalami ilmunya”, jawab Rudy.
Jadi,
ilmu yang baik dan bermanfaat adalah ilmu yang membuat kita tidak sombong. Ilmu
itu akan membuat kita sadar awak dewe iku sopo. Sehingga tidak akan lupa
diri. Eh, mentang seorang professor, mengganggap rendah orang yang lebih rendah
dibawanya. Eh, mentang tahu masalah taktik pemasaran, dia lantas memicingakan
bibirnya, sombong. Cobalah, kita hayati apa yang kita pelajari. Tanamkan dalam
hati kita bahwa ilmu ini adalah milik Allah. Masih banyak sekali ilmu Allah
yang belum bahkan tidak bisa manusia ketahui. Seperti pepatah, semakin berisi
padi, semakin merunduk. Semakin tinggi keilmuannya semakin ia men-tawadlu’-kan
diri.
Fahiya
al-‘Azmy
[1] Ta’lim
al-Muta’allim lis Syaikh Ibrahim ibnu Ismail. Page, 6
jangan lupa kunjungi http://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-konsep-tawadhu-rendah-hati.html
selamat membaca!!!!
jangan lupa kunjungi http://pencilkubarokah.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-konsep-tawadhu-rendah-hati.html
selamat membaca!!!!
0 komentar:
Posting Komentar