About


Get this widget:

Minggu, 04 September 2016

Kok Enak Banget Tidurnya



Kok Enak Banget Tidurnya
Sering terlontarkan stetement di kehidupan kita mengenai orang ‘alim. Bahwa orang ‘alim itu – misalkan saja – tidurnya adalah ibadah. Dan ketika ditanya kenapa orang ‘alim kok tidurnya saja ibadah, sedangkan tidurnya orang bodoh itu tidak ibadah, alasannya tidak masuk akal. Lantas apa yang dimaksut orang ‘alim dan orang bodoh tersebut. Karena bisa terjadi kemungkinan bahwa tidurnya orang yang bodoh malah ibadah sedangkan tidurnya orang ‘alim bukanlah ibadah.
Karena dalam benak saya, kok enak banget orang –yang katanya ‘alim- tidurnya saja ibadah. Padahal dalam Islam mempunyai kriteria-kriteria amal itu disebut dengan ibadah apa tidak. Kita punya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai cerminan kita dalam melakukan segala aktifitas kehidupan kita. Bagaimana akhlak beliau? Bagaimana beliau ketika makan, ketika minum atau ketika tidur? Ini point yang perlu be marked. Kemudian kita bisa menganalisa bagaimana sebetulnya yang dimaksut dengan tidur adalah ibadah tanpa mengecualikan literatur Ulama-Ulama islam.
Pertama kali kita akan mengetahui siapa orangg ‘alim itu? Dan apakah orang yang faham tentang ilmu agama – atau ilmu umum – disebut ‘alim? Sehingga kita tidak terjebak dalam pengertian yang salah.
Sebetulnya yang dimaksut dengan orang ‘alim (عالم) adalah orang yang cocok antara ilmu dengan amalnya dan cocok antara amal dengan ilmunya.
ان العالم يتوقف علمه عمله و عمله علمه
“sesungguhnya orang ‘alim adalah yang cocok ilmunya dengan amalnya dan cocok amalnya dengan ilmunya.”
Dari stetement tersebut, dapat kita pahami bahwa tindakan orang yang sesuai dengan ilmunya dan ilmunya sesuai dengan tindakannya maka dialah yang disebut alim. Sehingga tindakannya akan selalu terbingkai dalam keilmuannya. Buah dari ilmu adalah taking action yang akan berdampak pada bermanfaatnya kehidupannya di dunia dan akhirat orang yang konsisten dengan menjaga tindakannya sesuai dengan ilmunya, maka dia akan mulia, tetapi orang yang tidak sesuai tidakannya dengan ilmunya, maka dia akan merugi.
و غاية  العلم العمل به، لانه ثمرته و فائدة العمر وزادالاخرة. فمن ظرف به سعد ومن فاته خسر.
“puncak dari ilmu adalah mengamalkannya, karena mengamalkannya adalah buah dari ilmu, bermanfaatnya umur (kehidupan dunia) dan bekal untuk hidup di akhirat. Barang siapa yang memegangnya (konsisten untuk beramal), maka dia akan neruntung, tapi orang yang tidak konsisten maka dia akan merugi.”
Lantas bagaimana tidurnya orang ‘alim?
Dari keterangan diatas, dapat kita pahami bahwa ternyata tidak seenak yang kita bayangkan. Orang ‘alim tidur sembarangan tanpa memperhatikan etikanya, bukanlah ibadah. Rasulullah sudah mengajarkan bagaimana tidur yang baik dan benar.
Sesungguhnya Islam benar-benar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala urusannya -agama dan dunianya- di saat lapang maupun sulitan, bangun maupun tidur, di kala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Singkat kata, tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar, melainkan telah dijelaskan oleh Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menggoreskan buat kita melalui ucapan dan perbuatannya rambu-rambu adab yang seyogyanya ditempuh oleh setiap mu’min di dalam hidupnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan, siapa saja yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan meneladani adabnya.
Berikut 12 Adab Seorang Muslim Saat Tidur Dan Bangun Tidur:
1. Muhasabah; Hendaklah menghitung-hitung sesaat sebelum tidur, mengoreksi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji Allah, jangan memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya.
2. Tidurlah seawal mungkin, jangan larut malam, berdasarkan hadits yang bersumber dari `Aisyah “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.” (Muttafaq `alaih)
3. Berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan. Sahabat Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, Al-Bara’ bin `Azibz menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apabila kamu akan tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri nantinya.
4. Kibaskan sprei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Abu Hurairahz bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…” Di dalam satu riwayat dikatakan, “Tiga kali.” (Muttafaq `alaih)
5. Berbaringlah dengan miring kanan. Jangan tidur tengkurap. Abu Dzarz menuturkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang tengkurap, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, ”Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (teng-kurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani)
6. Jangan tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin Syaiban z disebutkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
7. Tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir z diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ’alaih)
8. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.
9. Baca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, seperti :
“Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
Dan ucapkan,
“Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR. Al-Bukhari)
10. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo’a dengan do’a berikut ini :
“Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
11. Bila bermimpi baik, maka bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz jangan diceritakan kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah.
12. Ketika bangun tidur hendaknya ucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya lah kami dikembalikan.” (HR. Al-Bukhari).
Atau dengan ayat penutup Ali Imran, kemudian shalat (HR. Al-Bukhari 103, Muslim 763, Ahmad 2165, An-Nasai 1620, Abu Dawud 58)
Atau kalau kesulitan mengamalkannya, cukup diambil intinya saja dari adab tidur; sebelum tidur hendaknya berwudlu’, membersihkan tempat tidurnya, berbaring dengan tubuh bagian kanan dibawah, menghadap kiblat, membaca doa henddak tidur, tangan ditangkupkan lalu diletakkan dibawah pipi kanan, kemudian ketika bangun tidur, membaca doa bangun tidur.
Jadi, tidurnya seseorang disebut ‘ibadah adalah ketika adab tidur diperhatikan dan dilaksanakan. Bukan langsung tepar sak karepe dewe, lantas apa bedanya tidurnya orang ‘alim dengan orang yang tidak tahu tata-krama tidur? Ya tho??


Selamat membaca :)

0 komentar:

Posting Komentar