About


Get this widget:

Kamis, 08 September 2016

AKHLAK ORANG YANG BELAJAR



AKHLAK ORANG YANG BELAJAR
Murid – baik siswa, mahasiswa, ataupun santri – mempunyai tata kerama yang harus dia tanamkan ke dalam dirinya, tata krama kepada gurunya dan tata kerama kepada teman-temannya serta orang lain.
Adapun adab nafsiyah seorang murid ada banyak. Diantaranya :
1.     Meninggalkan ‘Ujub (Sombong Diri)[1].
2.     Jujur (dalam berucap dan bertindak. Pent), supaya orangg lain mencintainya dan percaya kepadanya.
3.     Ketika berjalan harus tenang. Maksutnya ketika murid berjalan kemanapun dan dimanapun dia harus menjaga kesopanannya. Tidak boleh dia teriak-teriak yang tiada artinya di jalan, ugal-ugalan di jalan, berjalan di tengah-tengah jalan sehingga orang lain terganggu aktifitasnya.
4.     Tidak boleh melihat kepada perkara yang haram, perkara yang tidak boleh dilihat.
5.     Murid harus bertanggung jawab atas keilmuannya (jangan mengarang-ngarang ilmu). Oleh karena itu, ketika dalam permasalahan tertentu murid tidak tahu, murid tidak boleh memberi jawaban.[2]

Adapun adab seorang murid kepada gurunya adalah :
1.     Seorang murid harus yakin bahwa gurunya lebih utama dari pada orang tuanya.
2.     Menjaga sopan santun.
3.     Duduk dengan tenang dan mendengarkan keterangan guru secara serius dan fokus.
4.     Menjauhi segala apa yang dilarang ole guru – jika tidak melanggar aturan syariat.
5.     Tidak boleh bersenda gurau ketika diajar.
6.     Tidak boleh memuji orang ‘alim lainnya di depan gurunya . Ditakutkan ada rasa cemburu di dalam hati guru sehingga membuat hatinya tidak suka, ditakutkan jika guru mengira bahwa muridnya bermaksut menghina atatu meremehkannya.
7.     Tidak boleh sungkan terhadap gurunya tentang suatu permasalahan yang belum dimengerti[3].
Selain adab dengan dirinya sendiri dan guru, murid juga harus memiliki adab kepada teman. Antara lain :
1.     Menghormati mereka.
2.     Menghindar dari menghina salah satu dari mereka.
3.     Tidak boleh angkuh kepada temannya.
4.     Tidak boleh mencela temannya yang IQ-nya rendah, yang susah dalam memahami materi pelajaran.
5.     Tidak boleh merasa bahagia ketika teman-teman yang lain dimarahi gurunya. Sebab hal itu akan membuat permusuhan antara satu dengan yang lain.


[1] Murid tidak boleh ‘ujub atau sombong dan besar kepala. Murid harus andab asor, tawadlu’. Dengan keilmuan yang dia peroleh, dia tidak boleh sombong dan beranggapan bahwa dia pintar. Ketika dia menganggap dirinya pintar dan cukup dengan ilmu yang ada, maka pada saat itu an selamanya – kecuali jika menyadari kesalahannya dan mau berubah – dia dalah orang yang bodoh (Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim lis Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ary. Halaman 20). Padahal ilmu yang dia miliki tidak seberapa dengan ilmu yang ada di dunia ini. Ilmu yang Allah berikan kepada manusia hanya setetes air laut yang jatuh dari jarum.
Sebagaimana juga diterangkan dalam kitab “Ta’limul Muta’allim”, halaman 12, bahwa ahli ilmu atau orang yang belajar harus bertawadlu’. Tawadlu’ merupakan sikap yang biasa-biasa saja dengan kelebihan yang dimiliki. Misalkan kaya tapi dia tidak merasa bangga dengan kekayaan itu. Dia masih mau bergaul dengan orang-orang di bawahnya. Misalkan lagi, seseorang pintar tapi dia tidak merasa lebih pintar dari yang lain, dia masih mau mendengarkan keeterangan orang lain, tidak menganggap remeh orang lain. Karena tawadlu’ merupakan uatu sikap yang berada di antara sikap sombong dan tadhlilun nafsi (merendahkan diri). Dengan bahasa yang sederhana tawadlu’ adalah sikap yang merasa bahwa dirinya itu biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu disombong-sombongkan.
[2] Murid sejati harus mampu membuktikan validitas keilmuannya, dapat menerangkannya secara sistematis. Mampu menunjukkan bukti-bukti dan referensi-referensi yang dia ambil.
[3] Seorang murid dalam pembelajaran memang dituntut untuk selalu aktif. Seorang murid harus lebih aktif meenggali informasi dari gurunya – tentunya dengan memperhatikan aturan-etisnya. Akhir ini sebuah teori pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam memperlajari sesuatu. Siswa hendaklah mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan orang lain. Yang paling penting siswa harus melakukan kegiatan belajar.
Ada sebuah filosofi dari pembelajaran Active Learning yang diungkapkan oleh Conficius :
                When i hear, i forget
                When i see, i remember
When i do, i understand.
Tiga pernyataan ini membicarakan bobot penting dari belajar aktif. (Hmruni. Pembelajran Berbasis Edutainment. Halm. 190-191)

0 komentar:

Posting Komentar