AKHLAK ORANG YANG BELAJAR
Murid – baik siswa, mahasiswa, ataupun santri – mempunyai tata
kerama yang harus dia tanamkan ke dalam dirinya, tata krama kepada gurunya dan
tata kerama kepada teman-temannya serta orang lain.
Adapun adab nafsiyah seorang murid ada banyak. Diantaranya :
1.
Meninggalkan
‘Ujub (Sombong Diri)[1].
2.
Jujur
(dalam berucap dan bertindak. Pent), supaya orangg lain mencintainya dan
percaya kepadanya.
3.
Ketika
berjalan harus tenang. Maksutnya ketika murid berjalan kemanapun dan dimanapun
dia harus menjaga kesopanannya. Tidak boleh dia teriak-teriak yang tiada
artinya di jalan, ugal-ugalan di jalan, berjalan di tengah-tengah jalan
sehingga orang lain terganggu aktifitasnya.
4.
Tidak
boleh melihat kepada perkara yang haram, perkara yang tidak boleh dilihat.
5.
Murid
harus bertanggung jawab atas keilmuannya (jangan mengarang-ngarang ilmu). Oleh
karena itu, ketika dalam permasalahan tertentu murid tidak tahu, murid tidak
boleh memberi jawaban.[2]
Adapun adab seorang murid kepada gurunya adalah :
1.
Seorang
murid harus yakin bahwa gurunya lebih utama dari pada orang tuanya.
2.
Menjaga
sopan santun.
3.
Duduk
dengan tenang dan mendengarkan keterangan guru secara serius dan fokus.
4.
Menjauhi
segala apa yang dilarang ole guru – jika tidak melanggar aturan syariat.
5.
Tidak
boleh bersenda gurau ketika diajar.
6.
Tidak
boleh memuji orang ‘alim lainnya di depan gurunya . Ditakutkan ada rasa cemburu
di dalam hati guru sehingga membuat hatinya tidak suka, ditakutkan jika guru
mengira bahwa muridnya bermaksut menghina atatu meremehkannya.
7.
Tidak
boleh sungkan terhadap gurunya tentang suatu permasalahan yang belum dimengerti[3].
Selain adab dengan dirinya sendiri dan guru, murid juga harus
memiliki adab kepada teman. Antara lain :
1.
Menghormati
mereka.
2.
Menghindar
dari menghina salah satu dari mereka.
3.
Tidak
boleh angkuh kepada temannya.
4.
Tidak
boleh mencela temannya yang IQ-nya rendah, yang susah dalam memahami materi
pelajaran.
5.
Tidak
boleh merasa bahagia ketika teman-teman yang lain dimarahi gurunya. Sebab hal
itu akan membuat permusuhan antara satu dengan yang lain.
[1] Murid tidak
boleh ‘ujub atau sombong dan besar kepala. Murid harus andab asor,
tawadlu’. Dengan keilmuan yang dia peroleh, dia tidak boleh sombong dan
beranggapan bahwa dia pintar. Ketika dia menganggap dirinya pintar dan cukup
dengan ilmu yang ada, maka pada saat itu an selamanya – kecuali jika menyadari
kesalahannya dan mau berubah – dia dalah orang yang bodoh (Adabul ‘Alim wa
al-Muta’allim lis Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ary. Halaman 20). Padahal ilmu
yang dia miliki tidak seberapa dengan ilmu yang ada di dunia ini. Ilmu yang
Allah berikan kepada manusia hanya setetes air laut yang jatuh dari jarum.
Sebagaimana
juga diterangkan dalam kitab “Ta’limul Muta’allim”, halaman 12, bahwa
ahli ilmu atau orang yang belajar harus bertawadlu’. Tawadlu’ merupakan sikap
yang biasa-biasa saja dengan kelebihan yang dimiliki. Misalkan kaya tapi dia
tidak merasa bangga dengan kekayaan itu. Dia masih mau bergaul dengan
orang-orang di bawahnya. Misalkan lagi, seseorang pintar tapi dia tidak merasa
lebih pintar dari yang lain, dia masih mau mendengarkan keeterangan orang lain,
tidak menganggap remeh orang lain. Karena tawadlu’ merupakan uatu sikap yang
berada di antara sikap sombong dan tadhlilun nafsi (merendahkan diri).
Dengan bahasa yang sederhana tawadlu’ adalah sikap yang merasa bahwa dirinya
itu biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu disombong-sombongkan.
[2] Murid sejati
harus mampu membuktikan validitas keilmuannya, dapat menerangkannya secara sistematis.
Mampu menunjukkan bukti-bukti dan referensi-referensi yang dia ambil.
[3] Seorang
murid dalam pembelajaran memang dituntut untuk selalu aktif. Seorang murid
harus lebih aktif meenggali informasi dari gurunya – tentunya dengan
memperhatikan aturan-etisnya. Akhir ini sebuah teori pembelajaran yang menuntut
siswa untuk lebih aktif dalam memperlajari sesuatu. Siswa hendaklah
mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan orang
lain. Yang paling penting siswa harus melakukan kegiatan belajar.
Ada sebuah filosofi dari pembelajaran Active
Learning yang diungkapkan oleh Conficius :
When
i hear, i forget
When
i see, i remember
When i do, i understand.
Tiga pernyataan ini membicarakan bobot penting dari
belajar aktif. (Hmruni. Pembelajran Berbasis Edutainment. Halm. 190-191)
0 komentar:
Posting Komentar