About


Get this widget:

Kamis, 08 September 2016

HAK-HAK KEDUA ORANG TUA



HAK-HAK KEDUA ORANG TUA
Orang tua memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh sang anak. Karena orang tua adalah orang yang menjadi sebab kehadiran kita di dunia ini. Tanpa adanya kedua orang tua kita, tanpa jerih payah dari kedua orang tua, mustahil kita bisa ada di dunia ini. Merasakan hidup dan nikmatnya hidup.
Ibu selama sembilan bulan mengandung kita dengan sangat payah. Kesana kemari membawa beban di dalam perutnya. Semua aktifitasnya tentu lebih berat dengan kandungannya. Kemudian ketika masa melahirkan itu datang, antar mati dan hidup yang begitu dekat, ibu berusaha dengan segala tenaga yang ada untuk melahirkan sosok insan yang akan menjadi tumpuan harapannya. Bahkan tidak Cuma itu, ibu akan terus merawatnya sampai kapanpun. Bahkan ketika kita sudah berumahtangga pun ibu akan terus memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.
Sedangkan bapak kita terus bekerja membanting tulang, sebagai tumpuan kehidupan keluarga, bekerja keras dan semaksimal mungkin untuk memberikan yang bermanfaat kepada anaknya dan keluarganya. Bapak akan merawat dan menjaga jiwa raga sang anak denggan tulus.
Oleh karena itu, anak wajib senantiasa mengingat nikmat yang orang tua usahakan untuk kita, supaya kita selalu bersyukur atas nikmat tersebut dan juga harus menaati apa yang diperintahkan oleh orang tua – selama perintah tersebut tidak melanggar peraturan syariat, maksiat kepada Allah.
Adapun adab anak kepada orang tua adalah pertama, ketika anak sedang duduk bersama kedua orang tuanya atau salah satu dari mereka, maka anak harus duduk dengan tenang, tidak boleh pencilakan. Kedua, adalah anak seharusnya memejamkan mata (baca, tidak menyalahkan) ketika orang tua berbuat kesalahan[1]. Dikarenakan tidak boleh membuat hati orang tua jengkel apalagi kecewa. Meski Cuma dengan mengucapkan kata-kata “Hush!”[2], itu tetap tidak diperbolehkan. Karena akan membuat hati orang tua merasa tersinggung, sakit dan kecewa.
Ketiga, anak tidak boleh terlalu lama berbicara dengan orang tua. Keempat, tidak boleh berjalan di depan orang tuanya. Kecuali dalam rangka membantu dan menjaga orang tua[3].
Kelima, anak harus selalu mendoakan orang tuanya, memintakan ampun kepada Allah untuk orang tuanya, kapanpun dan dimanapun dia berada. Keenam­, wajib perintah kepada orang tua untuk selalu melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah – tentu dengan bingkai kesopanan dan kelembutan. Supaya anak tersebut menjadi asbab selamatnya orang tua dari siksaan neraka, seperti halnya kedua orang tuanya yang menjadi sebab dia wujud di dunia ini.
Allah berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 23 :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً –٢٣
Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Pahamilah keterangan ini. Namun ada satu hal yang lebih penting terkait dengan hak-hak orang tua adalah hendaklah anak lebih mengutamakan berbakti kepada ibu dari pada bapaknya. Dikarenakan Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
برّالوالدة على الوالد ضعفان
berbakti kepada ibu itu harus lapis dua dari pada berbakti kepada bapak.



[1] tentunya kesalahan yang wajar, tidak menyalahi syariat. Sebagai contoh ketika orang tua membaawa gelas kemudian gelas itu jatuh dan pecah. Maka anak dalam masalah semacam ini harus diam, tidak menyalahkan orang tua.
[2] Sesuai yang diterangkan dalam surat al-Isra’ ayat 23 :

 وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً –
٢٣-
Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.**
------------------------------------------------------------------
**Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi meng-ucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Dan Rabb-mu telah Menetapkan agar kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorangnya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu mengucapkan “ah” kepada keduanya, dan jangan pula membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia.
Wa qadlā rabbuka (dan Rabb-mu telah Menetapkan), yakni Rabb-mu telah Memerintahkan.
Allā ta‘budū illā iyyāhu (agar kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya semata), yakni agar kalian jangan mengesakan kecuali Allah Ta‘ala semata.
Wa bil wālidaini ihsānā (dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak), yakni hendaklah berbakti kepada keduanya.
Immā yablughanna ‘iηdakal kibara ahaduhumā (jika salah seorangnya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu), yakni salah seorang di antara ibu-bapak.
Au kilāhumā (atau keduanya), yakni kedua ibu-bapak.
Fa lā taqul lahumā uffin (maka janganlah kamu mengucapkan “ah” kepada keduanya), yakni janganlah kamu mengucapkan perkataan yang buruk, dan jangan pula membuat keduanya jengkel.
Wa lā tanhar humā (dan jangan pula membentak keduanya), yakni janganlah kamu mengeraskan perkataan terhadap keduanya.
Wa qul lahumā qaulang karīmā (dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia), yakni perkataan yang lemah lembut dan baik. (tafsir Ibnu ‘Abbas. [aplikasi al-Kalam]).

[3] Akhlak murid kepada guru yang diterangkan dalam kitab “adabul ‘Alim wal Muta’allim” karya agung KH. Hasyim Asy’ari, halaman 41, yang saya pahami bahwa akhlak mulia itu sejatinya tidak dipetak-petakkan untuk siapa dan untuk siapa. Karena, saya pikir akhlak – semuanya – harus kita terapkan untuk siapapun. Jadi saya akan menarik korelasi bagaimana jika akhlak dalam kitab tersebut diterapkan kepada orang tua. Di dalam point ini, mbah Hasyim menerangkan bahwa murid (baca, seorang anak) ketika berjalan bersama gurunya, maka hendaklah dia berada di depannya ketika malam hari dan berada dibelakangnya ketika siang hari. Dilanjutkan lagi bahwa ketika berada di daerah yang asing,maksutnya belum pernah pergi ke daerrah tersebut, maka murid hendaklah di depan gurunya. Hal ini untuk menjaga gurunya, misal dari lumpur supaya tidak terkena gurunya. Dan untuk menjaga gurunya dari bahaya orang lain.
Dengan orang tua pun seperti itu. Ketika siang hari, anak harus berjalan di belakang orang tua. Ketika malam hari, anak berjalan di depan orang tua. Dan ketiak berada di daerah yang tidak dikenal maka anak harus berjalan di depan atau di belakang untuk menjaga orang tuanya.


selamat membaca!!

0 komentar:

Posting Komentar