HANYA
PERLU MEMBIASAKAN DIRI DAN BERTEKAT
Oleh: Must_Hamid
Kita
tenttu sering melihat orang-orang kaya, pengusaha, mobil mewah, namun
taraf pendidikannya tidak tinggi, standart, bahkan rendah. Di lain
pihak, ada orang yang memiliki pendidikan tinggi, mempunyai titel
akademik S1 sampai S2, namun masih menganggur, tidak memliki usaha.
Mau nebeng usaha orang lain saja susah. Jadi mana yang benar??
mengapa pendidikan tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang? Malah
justru orang yang berpendidikan rendah dapat tampil sebagai pengusaha
sukses. Banyak orang yang dulu sekolahnya rendah, orang yang kuliah
namun kemudian di drop out,
menjadi sorotan masyarakat, pemikiran brilian, usaha yang dapat
menembus pasar internasional. Sebetulnya apa sih
yang menentukan kesuksesan itu? Apa harus dikolaborasi antara
pendidikan yang tinggi dan tekat untuk kaya?
Dalam
benak penulis, fenomena tersebut memang terletak pada faktor
keseimbangan tekat,
bagaimana seseorang yakin dan optimis untuk mencapai kesuksesan dan
pendidikan tinggi. Karena selama ini, ya katakanlah, seorang
pengusaha sukses dalam pemasaran produknya, akan tetapi dia tidak
sukses dalam pendidikannya. Padahal pendidikan pun merupakan hal
penting. Begitu juga sebaliknya, seseorang
sudah sukses meningkatkan taraf pendidikannya setinggi mungkin, S3
misalnya, tetapi orang tadi malah kehidupan finansialnya biasa-biasa
saja, lebih ironi lagi, melarat.
Oleh
karena itu, keseimbangan tekat antara pendidikan dan usaha sangatlah
penting. Logikanya, multi
sukses dengan sukses dalam satu sektor lebih enak mana? Tentu lebih
enak yang pertama tho?
Memang yang harus kita bayar untuk itu tidaklah murah. Kita harus
selalu keluar dari zona nyaman kemampuan kita. Kita harus menggodok
potensi yang dianugrahkan Allah secara kontinu sehingga potensi
tersebut dapat matang penuh. Tidak matang pada bagian-bagian
tertentu.
Masalahnya
adalah kebanyakan dari kita tidak percaya akan kemampuan diri yang
luar biasa. Manusia sangatlah luar biasa. Di dalam diri manusia
terdapat otak yang dapat menampung beribu-ribu bahkan
bertriliyun-triliyun informasi pengetahuan. Namun karena rasa tidak
percaya kepada kebesaran Tuhan tersebut, nikmat tersebut harus
terbengkalai. Atau dikarenakan rasa takut yang menggerogoti pikiran
manusia.
Manusia
diciptakan dengan banyak sekali kemampuan, jadi tidak hanya satu
kemampuan. Kemudian tinggal bagaimana menggali semua itu. Sebetulnya
kan, seperti yang dikatakan oleh vashdev,
manusia adalah makhluk kebiasaan. Artinya
segala kehidupan manusia, baik adat, norma, huku, bahkan agama
sekalipun, karena kebiasaan. Keilmuan dan kemampuan juga tergantung
seberapa sering manusia membiasakan semua itu. Misalkan saja,
seseorang sering belajar dan bermain piano, sudah tentu
ia akan mahir memainkannya. Setelah orang tersebut menguasai piano,
kemudian coba membiasakan diri dengan gitar dan hal yang berhubungan
dengan gitar. Tak lama lagi dia akan menjadi lincah memetik gitar.
Lho, Sudah dua bidang
musik yang dikuasai; piano dan gitar.
Mungkin contoh di atas terlalu susah difikirkan, kita sederhanakan
saja contohnya, misalkan dulu kita belum bisa naik sepeda ontel
kemudian kita latihan terus, setiap hari membiasakan diri menaikinya.
Dalam waktu kurang dari seminggu, kita sudah bisa jalan-jalan dengan
sepada ontel. Lalu, suatu saat kakak kita punya sepeda motor. Kita
ingin sekali bisa mnegoprasikan sepeda motor tersebut. Lantas kita
latihan dan terus latihan hingga kita terbiasa menaikinya. Dari
sepeda ontel hingga sepeda motor dapat kita kuasai hanya dengan
membiasakan diri.
Hidup
ini terlalu panjang untuk menyia-nyiakan anugrah Tuhan. Untuk
apa agama mengajari kita untuk belajar sepanjang hidup. Artinya kita
dtuntut untuk membiasakan diri dalam hal-hal positif. Kalau kita
belajar dengan pikiran membiasakan diri, tidak berfikir “wah ini
susah banget”, kita akan dapat menjadi orang multitalent.
Kebiasaan
tersebut kemudian disupport dengan tekat yang kuat. Tekat
ibarat dalam sebuah mesin ada pelumas agar mesin tersebut lancar
tidak ada yang “seret”. Dalam
menempuh pendidikan dan karir pun,
selain membiasakan diri dalam belajar dan berusaha, juga harus
memiliki greget. Saya harus menjadi penulis! Dan selalu
berusaha mewujudkannya dengan cara mengikuti latihan jurnalistik,
mengikuti seminar, membaca buku, dan hal-hal lain yang berkaitan.
Oleh
karena itu, membiasakan diri
dan bertekad merupakan hal yang penting untuk mencapai multipel
kesuksesan. Dan kita tidak akan merasa terbebani dalam menggali
kemampuan tersebut. Bahkan akan terasa seperti sedang melakukan
aktifitas sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar