About


Get this widget:

Sabtu, 16 Mei 2015

GENRERKU DITEMPATKAN DIMANA?

Aku gak tahu juga tentang masalah ini. Tapi sangat penting bagiku. Aku khawatir tak ada tempat untuk jenrerku.  Kata temen kalau di koran besar seperti Kompas, Jawa Pos, Radar dan lain sebagainya, puisi hanya untuk siswa bukan untuk mahasiswa. Mahasiswa khusus untuk opini. Aduh gimana ini. Aku gak bisa buat opini. Dan aku pikir opini lebih susah. Karena terikat pada aturan dan analisanya harus kritis dan ilmiyah. Gak bisa mengeksplor emosiku dong. Menulis tanpa mengeksplor emosi secara bebas itu sangat menyakitkan.

Percuma dong aku menulis di koran selama ini. Sebab gak akan ada yang menerima. Tulisanku akan jadi bungkus kacang doang dong. Ah! Namun_ketika habis mata kuliah, aku mengecek ATM-ku_aku kepikiran teori Matematika, semakin aku membuat kemungkinan, maka semakin banyak peluang yang aku buat. Semakin banyak aku berusaha menulis di koran, semakin banyak peluang tulisanku akan diterima.

Tapi yang aku takut kalau sampai gak diterima-terima. Lah dimana aku harus menulis yang sesuai dengan bakatku? Dimana harus aku letakkan genrerku? Terus gimana dan dari mana aku bisa dapat uang untuk membantu orang tuaku?

=@=

Related Posts:

  • LOMBOK BOSOK Masih ingat tidak, ketika kita menyalakan kompor Merukyat hilal yang dipojokkan di ujung api Seseorang lagi sibuk memilah langgam asing memb… Read More
  • KEMBALI MENEMUI ASAL MUASAL Setelah aku kesana kemari Berijtihad mencari makna di setiap jalan yang jalang Ada saatnya aku kembali menemui asal muasalku Karena kerinduan yang m… Read More
  • CATATAN HALAMAN AKHIR Hening bening Memurnikan zhauq-mu menjadi diamku Sehingga irama-mu bertemu bisuku menjadi desahanmu Awanguwung tereja namamu mati di baris ke dua … Read More
  • SECANGKIR TEH DI BELAKANG PONDOK Tergerus kesendirian di ujung tali terjuntai malam ini Hanya aku yang tenggelam ke dalam teh hangat Mengepul asap memelankan laju logika Terbayan… Read More
  • DI BAWAH TANGGA Kemersik langkah kaki mengiringi separuh diriku Masuk terkubur renjana hati Segerombolan orang duduk mematung mendengarkan orasi Sempat a… Read More

0 komentar:

Posting Komentar