About


Get this widget:

Sabtu, 16 Mei 2015

APA AKU INI JENIUS?

Aku bukan bermaksut berpikir terlalu ribet dan ruwet. Aku Cuma merangsang otakku untuk terbiasa menganalisa hal-hal yang ribet. Aku pengen sel-sel saraf yang ada di otakku banyak yang bersambung, tidak terputus. Tapi ketika otak ini sudah mengkonsepkannya, mulut ini susah untuk mengungkapkannya. Sulit. Gambaran-gambaran diotakku jadi luntur semua di mulutku.

Kenapa ya?

Apa emang bener otak itu mampu mengkonsep dengan sangat jelas tapi mulut tak bisa menyampaikan sejelas otak mengkonsepkannya pertama kali. Otak secara tidak kita sadari menyimpan segala input yang pernah kitaa pelajari, lihat, alami, rasakan. Namun kita sendiri yang tak mampu mengaksesnya secara penuh. Lantas bagaimana caranya agar kita mampu mengaksesnya? Aku juga pengen seperti cewek yang bernama lucy di filmnya, Lucy, yang mampu mengakses otaknya 20% bahkan sampai 100%. Sudahlah tak usah banyak-banyak. 20% saja atau 15% aja dah, gak papa. Yang penting aku mampu mengaksesnya diatas rata-rata.

Kadang aku berfikir bagaimana orang yang mampu mempunyai otak jenius? Apa itu karena faktor keturunan? Usaha keras? Atau bahkan sebetulnya tidak ada istilah otak jenius? Yang ada hanya siapa yang berusaha keras maka dia yang sesungguhnya. Siapa yang berusaha keras dalam meningkatkan otaknya, maka dia yang dianggap jenius. Jadi bukan faktor keturunan.

Einsten pernah bilang kalau dia sesungguhnya terlahir dalam kapasitas otak yang biasa-biasa saja. namun karena dia terus dan terus pantang menyerah untuk membuktikan kevaliditasn teori relativitasnya. Hingga teorinya dapat diterima dan dia mendapat label jenius. Namun bagaimana dengan kasusnya orang yahudi? Berdasarkan penilitian bahwa otak yahudi itu ada kecacatan yang, untungnya, membuat orang yahudi mepunyai kapasitas otak di atas rata-rata penduduk dunia. Dan kecacatan itu mereka turunkan ke anak-anak mereka.

Apa dan bagaimana sih jenius itu yang seebenarnya?

Apa mereka yang berfikir gila dan melampui batas, disebut jenius? Apa mereka yang tingkah lakunya aneh tapi ketika pelajaran dia yang terbaik? Apa mereka yang punya hasil test IQ dengan nilai 130-140 yang disebut jenius? Lalu bagaimana kalau mereka, ketika mengerjakan soalnya mendapat keberuntungan, hingga hasilnya memusakan? Dan pertanyaan terakhrinya, apakah aku ini jenius?

=@=

0 komentar:

Posting Komentar