Sehabis sahur, aku berincang-bincang dengan teman-temanku mengenai
materi filsafat yang diberikan ustadh ‘afan tentang roh. Roh itu beda dengan
jasad. Roh gak bisa tua. Roh adalah reseptor terhadap apa yang dialami jasad.
Roh kita, yang ada di tubuh kita, sebetulnya sama dengan roh-roh yang lain
bahkan termasuk nabi sekalian. Tetapi rohnya Nabi Muhammad adalah pengecualian.
Artinya roh Muhammad itu beda dengan roh yang lain. Ya jelas. Bukankah dunia
yang ada ini, bahkan surga dan neraka sendiri, adalah dari roh Beliau, nur
Muhammad?
Disini yang menjadi ganjal di otakku, bahwa Allah itu seolah-olah
pilih kasih. Sebab Allah hanya menerima ibadah hamba-Nya yang khusuk, benar,
tawadhu’ dan jawarih. Padahal itu semua sulit dilakukan oleh hamba yang
ecek-ecek seperti aku. Masak Tuhan gak menghargai usaha hambanya yang mau
mendekatkan diri? Ibadah itu kan juga doa. Kita ibadah tidak lain tidak bukan
untuk mengharap ridho Allah_kalau untuk tingkatan aku, ibadah untuk mencari
pahala. Surga, dan tidak untuk masuk neraka. Harapan merupakan doa, bukan?
Padahal ketika berdoa, Allah pasti mengabulkan. ud’uny fastajib lakum.
Artinya Allah masih mendengarkan doa kita dan mengabulkannya. Allah juga bukan
Dzat yang dhalim. Allah itu Zhat yang maha adil dan bijaksana. Oleh karena itu,
Allah pasti menghargai ibadah kita meski tak karuan bentuknya, tapi penghargaan
itu disesuaikan dengan kualitas yang kita lakukan.
Catatan saja. meski begitu, bahwa Allah itu menerima ibadah kita,
walaupun kita tak bisa sepenuhnya, totalitas dalam ibadah itu, mari ita usaha
untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Aku menulis ini jangan
disalah-artikan. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Tuhan itu tidak pernah
pilih kasih dengan seluruh makhluknya, baik yang shalih beriman ataupun yang
tidak. Ini diwujudkan oleh Allah lewat sifat-Nya, al-rahman dan al-rahim.
Aku ingat dengan stetement yang aku buat ketika aku melihat sebuah
film yang berrjudul “Ketika Tuhan Jatuh Cinta”. saat itu, aku selalu
bertanya-tanya, masak Tuhan butuh “ketika” untuk jatuh cinta. Ketika hamba-Nya
itu ingat, maka Dia jatuh cinta, tapi ketika hamba-Nya itu lupa, maka cinta-Nya
hilang.
Tuhan itu selalu mempersembahkan cinta-Nya untuk makhluk-Nya. Tuhan
selalu perhatian dan pengertian dengan hamba-Nya. Kita lihat orang-orang yang
lalai dari jalan lurus-Nya, orang-orang yang mengacuhkan-Nya, tapi Allah masih memberi
kehidupan, nikmat, harta, dan apa-apa yang ia inginkan. Itu satu bukti kecil
bahwa Allah cinta hamba-Nya apa adanya. Jika Allah tidak cinta maka mereka akan
hancur seketika. Allah berpuasa karena cinta itu, meski manusia lupa untuk
memuasai cinta-Nya.
=@=